Bagi sebagian orang, perpisahan memang cukup menyesakkan, tetapi juga cukup melegakan ketika kita bisa meninggalkan hal-hal yang berkesan. Meskipun begitu, tetap saja, perpisahan akan menjadi awal dari perjalanan rindu yang panjang. Apalagi setelah melewati hari-hari yang menyenangkan, berat pastinya.
Namun, waktu tetap waktu. Ia terus berjalan maju dan menuntut kita untuk melangkah ke depan. Menjalankan kewajiban dan tanggung jawab kita yang lain. Hingga pada akhirnya, perpisahan tetap menjadi pilihan.
Malam itu, selepas menonton film bersama, tim relawan berkumpul semua di pos 1 sebagai pos terakhir yang mereka kunjungi sebelum akhirnya mereka pulang ke kotanya masing-masing.
Mega mewakili seluruh tim relawan, angkat bicara di hadapan anak-anak dan ibu-ibu.
"Adik-adik, selama sebulan ini kita udah ngapain aja ya?"
"Belajar!"
"Main!"
"Makan!"
Mega terkekeh sembari menahan air matanya. "Iya bener. Kita udah belajar bareng, makan bareng, main bareng. Pokoknya bareng terus deh! Kalian seneng enggak?"
"Seneng!"
"Wah, Kaka-Kaka di sini bersyukur banget kalian bisa seneng dan bahagia. Tapi, Kaka gak bisa lama-lama di sini. Kami harus pulang, kembali ke rumah. Karena ada tugas yang harus kami kerjakan juga. Kalian gak papa ya, kami tinggal?"
"Hah? Kaka mau pulang?"
"Gak mau!"
"Kaka ngapain pulang? Di sini aja!"
"Kaka jangan pulang!"
Mega menyeka air matanya ketika keadaan mulai tidak kondusif. "Adik-adik, coba diam dulu Kaka belum selesai bicara."
Keadaan berangsur hening dan memberi ruang bicara lebih banyak.
"Sebelumnya, Kaka Mega mewakili seluruh tim relawan mengucapkan banyak terima kasih sama ibu-ibu dan bapak-bapak serta temen-temen yang udah menerima dan menyambut kami dengan baik. Membuat kami nyaman di sini dan selalu membantu kami. Mohon maaf kami tidak bisa membantu banyak, Bu, Pak. Kami hanya bisa membantu sedikit. Dan untuk adik semuanya, Kaka pulang bukan karena kalian nakal terus kami marah. Tapi karena anak hal yang harus Kaka kerjakan juga di rumah. Jadi, Kaka semuanya pamit pulang besok. Sampai bertemu di lain waktu, semoga masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali."
Tangis anak-anak pecah seketika. Mereka berhambur memeluk tim relawan dengan suara tangis yang nyaring dan air mata yang tidak henti-hentinya mengalir. Tidak hanya anak-anak, para tim relawan juga menumpahkan air mata ketika harus berpisah.
Berat rasanya harus pergi. Namun bagaimana lagi? Perpisahan akan tetap menjadi keharusan.
Yesi dan Popi memeluk Snow tanpa memberi ruang untuk melepaskannya. Kedua bocah itu menangis dan membuat Snow ikut menangis juga.
"Kaka Snow jahat!"
"Kenapa Kaka Snow pulang? Kaka gak sayang sama aku?"