Berat.
Itu yang Snow rasakan. Berat sekali meninggalkan Masamba. Snow masih ingin tinggal lebih lama, tetapi keadaan membawa kenyataan. Kenyataan bahwasannya Snow harus pulang dan meninggalkan Masamba.
"Hei." Snow sedikit terlonjak ketika dengan jahil Adit mengagetkannya.
Mata gadis itu menatap lelaki di sampingnya dengan sinis. "Gak lucu tau!"
"Hehe, maaf deh. Habisnya ngelamun si. Koper sama barang-barang kamu udah di angkut ke mobil?"
"Udah. Masih nunggu yang lain kan?"
"Iya nih."
Kemudian, Snow tak menjawab apa-apa. Gadis itu terus menerus menatap posko pengungsian 1 dari kejauhan. Melihat anak-anak berlarian dan berteriak dari kejauhan. Suaranya, sampai pada telinga Snow yang membuat gadis itu semakin berat meninggalkan Masamba.
Dan.... Virgo.
Lelaki itu menjadi salah satu alasan Snow merasa berat meninggalkan Masamba. Apa yang terjadi di antara Snow dan Virgo, berakhir dengan tidak seharusnya. Snow berharap, ia punya waktu untuk kembali bicara dan meluruskan semua. Setidaknya, ketika ia pergi dari Masamba, ia tidak punya beban dan masalah apa-apa. Namun, sampai detik ini ia tidak juga bertemu Virgo setelah pertemuan terakhir di ujung senja.
"Apasih yang bikin kamu berat ninggalin Masamba?"
"Virgo."
Adit dan Snow saling bertatapan seketika. Snow mendadak menutup mulutnya rapat-rapat, dan ia menyadari betul bahwa ia keceplosan.
Sialan! Batin Snow.
Dengan luka yang terlukis jelas di mata Adit, lelaki itu memilih mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala Snow.
"Kenapa dari kemarin gak ditemuin? Belum pamit juga kan?"
Snow menggeleng pelan. "Adit?"
"Hm?"
"Aku---"
"Enggak papa. Perasaan kamu bukan hak aku, tapi aku juga punya hak buat sayang sama kamu. Gak papa kan?"
"Adit---"
"Snow?" Tiba-tiba, seseorang datang dan memotong ucapan Snow.
Snow dan Adit menoleh bersama ke asal suara. Dada Snow mendadak berisik sebab jantungnya berdebar tidak karuan.
Seseorang itu....
Ia datang.
Di hari terakhir Snow di sini, ia datang.
"Virgo?"
Lelaki itu tersenyum, kemudian menyodorkan sesuatu. "Kamu mau pulang kan? Ini ada kenang-kenangan dari aku. Harap diterima dan semoga suka."
Snow menatap mata Virgo sejenak kemudian menerima kain tanpa bungkus yang diberikan Virgo untuknya. Snow membuka lipatan kain itu.
Cardigan rajut berwarna hijau army.
Indah.
Rajutan halus.
Snow suka.
Dengan senyum lebar, Snow menatap Virgo. "Indah sekali. Kamu buat sendiri?"