Snow melangkahkan kaki menaiki tangga dengan perasaan yang tak dapat diartikan. Semuanya, meluruh ketika pelukan Bundanya membuat segala perasaan jatuh. Semuanya abstrak. Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Perasaannya campur aduk. Benar kata orang, hal yang jarang dilakukan akan mampu mengukir kenangan yang tidak terlupakan.
Gadis itu tersenyum kecil sembari menatap pintu kamarnya yang telah ia tinggalkan kurang lebih satu bulan. Ia sudah rindu kasurnya, buku-bukunya, koleksi musik di kamarnya, semuanya! Snow juga merindukan kura-kura peliharaannya.
Tunggu, kura-kura?
Snow baru sadar, selama ia di Masamba, siapa yang mengurus kura-kura miliknya? Jangan-jangan, kura-kura milik Snow sudah tidak bernyawa?!
Dengan cepat, Snow membuka pintu kamarnya yang ternyata sama sekali tidak dikunci. Ketika ia masuk ke kamar, ia menemukan Windy di sana. Adiknya sedengan memberi makan kura-kura milik Snow. Bukannya Snow tidak tau, sebenarnya Windy sudah menginginkan peliharaan Snow yang satu itu. Namun, Snow tidak mau memberikannya meskipun ia punya dua kura-kura. Karena itu kura-kura pemberian Adit.
"Kura-kura lo aman kok, tenang aja." Ucap Windy seolah tau isi pikiran Snow.
Dalam diam, Snow menggeret kopernya ke dalam dan menaruhnya di samping lemari. Setelah itu ia duduk di tepi ranjang. Menatap Windy memainkan kura-kuranya dengan tatapan bahagia.
"Kalau lo mau, ambil aja satu." Ucap Snow sontak membuat Windy membulatkan mata. Anak tengah itu segera menatap Kakaknya.
"Serius?"
Snow mengangguk. "Satu aja tapi."
Windy tersenyum lebar. Namun, sesaat setelahnya senyum Windy sirna. "Ah, gak usah deh. Gue jadi gak mau pelihara kura-kura."
"Emang sekarang pengin pelihara apa?"
"Ikan Cupang."
Snow menaikkan satu alisnya. "Serius?"
"Iyaaa. Udah ah, gue mau cari tukang jualan Ikan Cupang dulu. Btw, welcome back home."
Windy berlalu sembari menutup pintu kamar Snow dengan hati-hati. Ucapan Windy cukuk membuat hati dan perasaan Snow menghangat. Seolah semua tampak biasa saja di mata mereka, tetapi masih teras asing di mata Snow.
Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar Snow.
"Kaa?"
"Buka aja."
Ia membuka pintu kamar Snow dan menyembulkan kepalanya ke dalam. "Kata Bunda, Kaka suruh makan dulu. Udah disiapin di bawah."
Snow mengangguk. "Iya."
"Yaudah."
"Eh, tunggu Clo."
Clo menghentikan gerakannya yang hendak menutup pintu kamar. Snow tampak bangkit dari duduknya dan meraih paper bag berukuran sedang yang terletak di samping kopernya. Ia memberikan paper bag tersebut kepada Clo.