Ratna menutup pintu kamarnya dengan senyum yang masih melekat di wajah. Perasaannya kini lega melihat keluarga kecilnya sudah baik-baik saja. Wanita setengah baya itu duduk di tepi ranjang, melayangkan ingatan kepada sosok lelaki yang kini telah pergi.
Tangan Ratna terulur meraih potret sang suami. Ditatapnya lama dengan senyum simpul. Kali ini, tidak ada tangisan. Sebab bagi Ratna, puncak tertinggi mencintai adalah merelakan.
"Rasanya ada yang kurang ketika aku harus melihat anak-anak tumbuh dewasa tanpa kamu. Tapi aku percaya, kamu akan selalu menyertai kita semua. Kamu gak akan pernah benar-benar pergi. Kamu hidup di dalam hati."
Ratna berbaring dengan foto yang masih di genggamannya. Menerawa kepada masa yang tidak akan perna anak-anaknya ketahui. Baginya, biar saja mereka tidak tau perihal pengorbanan orang tua. Mereka hanya belum merasakannya. Kelak, ketika mereka telah menjadi orang tua, mereka akan tau.
---
"Bunda, aku berangkat ya!"
Ratna menatap laptop Snow yang tertinggal di atas meja makan. Dengan tergesa, ia segera meraih dan mengejar anaknya.
"Kak! Laptopnya ketinggalan!"
Snow menghentikan langkah kemudian berbalik. Dengan senyum ia menerima laptopnya. "Eh, iya hehe. Makasih Bundaaa. Yaudah, aku berangkat yaa."
"Hati-hati."
---
Ratna menghampiri Windy yang kini sedang membuat kue. Ratna tau, anak tengahnya ini suka berkreasi di dapur. Karena itu, ia sering membeli peralatan dapur dengan alasan ia butuh. Padahal, ia ingin Windy belajar tanpa kekurangan alat.
"Bikin apa nih? Baunya enak banget." Ucap Ratna.
Windy tersenyum disela kegiatannya yang sedang menuang adonan ke loyang. "Hehe, buat brownies Bun. Nanti cobain punyaku ya?"
"Siap! Pasti enak."
"Ah, bisa aja Bunda. Oh iya, Bunda beli oven ya?"
"Iya nih, Bunda pengin belajar bikin kue yang dioven. Biar gak dikukus terus."
"Wah! Nanti kita belajar bareng ya Bun?!"
"Siap. Ditunggu ya browniesnya."
---
Hari ini adalah hari pertama Clo masuk sekolah sebagai pelajar SMA. Hari ini juga, entah mengapa menjadi hari yang sibuk bagi Ratna. Ibu 3 anak itu mengemas segala perlengkapan anan bungsungnya, mulai dari bekal makan siang, id card untuk pengenalan lingkungan sekolah, membuat sarapan, dan semuanya.
"Clo, jangan mau kalau dipaksa ini itu ya!"
"Iya Bun."
"Pulang sekolah, langsung pulang! Jangan keluyuran! Apalagi nongkrong gak jelas!"
"Iyaaaa Bunda."