Sulur Luka

FA NELA
Chapter #3

Bab 3: Mencari Cara

Yang Laila sesali dari dari usaha buketnya, promosi hanya terpaku pada satu media, yaitu google maps. Dia terlalu percaya diri tidak memerlukan media lain dalam berjualan online. Karena berdasarkan pengalamannya selama ini, customer baru selalu berdatangan berkat peta yang disuguhkan oleh google maps. Bahkan, beberapa orang ada yang kecele, hanya melihat kata “Ciracas” tanpa menyadari bahwa wilayah yang dimaksud adalah Ciracas, Jakarta Timur. Sedangkan, customer yang membeli berada di Ciracas, Banten. Alhasil mereka meminta agar buket pesanan tersebut segera dikirimkan melalui ekspedisi pengiriman tercepat. Tapi jika waktu yang diberikan terlalu mepet, Laila lebih memilih tidak mengambil orderan tersebut. Takut buketnya tidak sampai ke tangan customer tepat waktu, lalu mendapat komplain dan review jelek. Daripada begitu, lebih baik memberi kesempatan pada customer itu mencari toko bunga yang benar-benar dekat dari tempat tinggalnya.

“Mbaknya jualan bunga?” Ibu-ibu yang sedari tadi duduk di sebelah Laila tiba-tiba mengajaknya bicara.

“Oh, iya, Bu.” Laila sedikit kaget, tapi langsung paham begitu wajah sang ibu kepergok mengintip gambar yang ada di layar ponselnya. Saat itu Laila sedang membuka akun instagram usaha buketnya. Tiba-tiba dia kepikiran untuk mengaktifkan kembali akun-akun media sosial buket yang sudah lama berdebu, tak terurus.

“Bikin sendiri atau ada yang bantu?”

Alhamdulillah sudah punya dua karyawan,” jawab Laila masih meladeni.

“Wah, keren juga ya. Padahal pengikutnya sedikit, cuma 500-an.”

JLEBB!!

Ibu itu tidak salah. Tapi ucapannya menusuk tepat sasaran. Laila malu mengakui selama ini terlalu menganaktirikan akun-akun media sosial lain. Terlalu jemawa pada google maps yang dianggap berhasil membawa customer dari berbagai kota di luar Jakarta; Bekasi, Tangerang, Banten, Bogor, Depok, Sukabumi, bahkan Lampung. Hingga ketika akun google bisnis itu ditangguhkan, rasanya akun medsos lain sama sekali tak berguna. Laila benar-benar harus memulai semuanya dari nol.

Allahu akbar! Allahu akbar!”

Adzan Maghrib sayup-sayup berkumandang. Laila mengucap hamdalah, berdoa, lalu menenggak air mineral yang sejak tadi ditaruhnya di dalam plastik hitam. Bersamaan dengan itu, ramai suara warga yang bersuka cita karena bisa berbuka puasa. Sebagian dari mereka melipir ke penjual gorengan dan takjil yang ada di pinggir jalan. Sebagian lainnya masih setia menjaga barisan sendal yang berjejer rapi dari ujung pintu masuk gedung, sampai ke halaman parkir kawasan bank. Hanya ada 50 sendal masing-masing tanpa pasangan—sebagai nomor antrean tidak resmi—sesuai dengan kuota harian formulir, yaitu 50 lembar.

Lihat selengkapnya