Sulur Luka

FA NELA
Chapter #4

Bab 4: Sebuah Pertaruhan

Masa sekarang.

“Itu ...” Laila berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya.

Pertanyaan dari pewawancara, mengenai alasan Laila ingin kembali bekerja sebagai editor buku daripada admin media sosial, membuat gadis itu teringat dengan dua mantan karyawannya. Mereka dengan berat hati Laila lepaskan. Lalu, uang 1,2 juta dari bansos habis untuk membayar gaji terakhir dan THR mereka. Gara-gara itu pula, Laila tidak percaya diri menjadi seorang digital marketing ataupun admin media sosial. Dia merasa gagal mempertahankan branding toko bunganya. Tapi, Laila tidak mungkin mengatakan kejujuran itu kepada pewawancara. Semua jawaban Laila harus terdengar ceria dan positif.

“Karena saya sudah menyukai aktivitas membaca buku sejak SD, maka menjadi seorang penulis sekaligus editor buku bisa dibilang adalah pekerjaan impian saya. Hanya saja, di tahun 2019 ternyata saya mendapat pekerjaannya di bidang lain, sebagai admin media sosial di sebuah toko bunga. Di sana saya berusaha meng-upgrade skill dan pengetahuan baru, Lailalnya tentang marketingnya, cara menangani customer, cara melakukan promosi, dan banyak lainnya. Dengan harapan, itu semua bisa saya gunakan ketika saya kembali bekerja sebagai editor buku.”

Ucapan secara teori memang mudah. Tapi biarlah para pewawancara memercayainya.

Salah satu pewawancara bicara lagi, “Makanya di tahun 2021, kamu bekerja lagi sebagai editor di Penerbit Jagat Media.” Matanya sesekali menatap ke arah Laila, lalu fokus menelusuri portofolio yang pernah gadis itu berikan melalui email.

“Betul, Pak. Saya baru dapat kesempatan lagi bekerja sebagai editor di tahun 2021, karena di tahun 2020, pandemi covid menyebar sangat parah di Indonesia. Yang saya tahu, saat itu banyak toko buku gulung tikar dan dunia penerbitan pun sama kacaunya. Banyak terjadi pengurangan karyawan, bahkan sampai berhenti menerbitkan buku-buku baru.”

“Kamu di Jagat Media setahun ya? Berarti resign-nya baru-baru ini, kenapa kamu resign?”

Lagi-lagi bohong.

Kenyataannya Laila hanya bertahan selama tiga bulan di penerbit itu. Dia terpaksa memanipulasi CV-nya agar terlihat wajar. Ada trauma yang terlanjur menjalar jika dia berkata jujur. Takut para pewawancara itu akan bersikap sama dengan yang sudah-sudah, memojokkan seolah Laila sosok yang lemah dan penyakitan. Tidak layak untuk bekerja di tempat mereka.

“Habis kontrak, Pak.”

Lihat selengkapnya