Sulur Luka

FA NELA
Chapter #5

Bab 5: Mencoba Bertahan

“Wah, ada anak baru.”

Rekan sesama editor mulai berdatangan. Seorang gadis muda yang mejanya di sebelah kiri Laila dan seorang laki-laki yang meja kerjanya seruangan dengan kepala redaksi.

“Buat Athariz ya?” tanya rekan sebelah Laila yang ternyata adalah editor sastra.

Tak lama kemudian datang lagi editor matematika yang usianya ternyata sepantaran Laila. Tempat gadis berkacamata itu jeda satu meja di sebelah kanan Laila. Dia langsung duduk begitu selesai berkenalan.

“Pak Dito mana, nggak bilang mau ada anak baru,” ujar Jiya—editor matematika sembari merapikan mejanya.

Tuh di dalam,” jawab Laura yang sudah lebih dulu menyalakan komputer.

Karena merasa di tengah-tengah, Laila sedikit memundurkan tempat duduknya agar tak menghalangi pembicaraan mereka. Tapi orang yang diomongin tiba-tiba datang membawa beberapa buku tebal. Buku-buku itu langsung diletakkan di meja Laila, dengan harapan bisa menjadi bahan rujukan ketika dirinya mendapat naskah-naskah serupa.

Dari belakang Pak Dito, ada dua laki-laki, yaitu editor hukum dan politik mulai ikutan berdiri di depan meja Laila. Mereka memperkenalkan diri duluan, lalu membiarkan Pak Dito melakukan brifieng singkat. Dari sanalah akhirnya Laila tahu bahwa divisi yang dia pegang adalah Athariz, bidang Agama Islam.

Oalah, Athariz nama divisi, kirain apa,” celetuk Laila mencoba berbaur.

Lah, memang nggak dikasih tahu sebelumnya bakal masuk ke bagian mana?”

Laila mengernyitkan dahi, “Dikasih tahunya agama aja sama HRD. Nggak tahu kalau namanya Athariz.”

Wah, parah banget nggak re-search dulu.” Laura pura-pura menyudutkan.

Lihat selengkapnya