Ruang IGD masih saja ramai meski waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ada tangisan anak kecil yang tangannya kesakitan karena diinfus, ada pula pasien lain dan keluarganya yang silih berganti memasuki ruangan. Laila hanya bisa memaksakan senyum ketika pasien di bed sebelah menyapa. Padahal hati Laila penuh kegelisahan. Sampai saat itu, belum ada tanda-tanda dirinya akan mendapatkan kamar inap.
Awalnya Laila pikir, dengan adanya Kak Nuha sebagai orang dalam, proses mendapatkan kamar bisa menjadi lebih cepat. Nyatanya, setelah melakukan pendaftaran tadi siang, lalu melakukan tes darah, dan sebagainya, Laila masih harus menunggu lebih dari tujuh jam di ruangan tersebut.
Kak Nuha yang tampak lelah sesekali bolak-balik ke meja perawat yang berjaga. Berusaha memastikan bahwa adiknya bisa segera mendapatkan kamar. Setelah agak lama, akhirnya Kak Nuha mendatangi Laila lagi.
“Ayo, Dek. Bisa jalan nggak atau mau pakai kursi roda?”
“Jalan aja, Kak. Malah sakit kalau duduk,” jawab Laila sambil berusaha turun dari bed ranjang IGD.
“Kamarnya agak jauh, lho, kuat nggak?” Kak Nuha memastikan lagi.
“Kuat, tapi pelan-pelan aja.”
Laila sempat menggandeng lengan kakaknya selama perjalanan menuju kamar inap. Tapi saat langkah kakinya tidak bisa menyamai langkah kakaknya, Laila membiarkan Kak Nuha mendahului agar dirinya bisa berjalan lebih santai.
Kamar inap Laila berada di lantai 5. Di dalamnya ada satu bed kosong, sedangkan satu bed di hadapannya sudah terisi pasien lain dengan gorden pembatas yang tertutup rapat. Setelah berganti pakaian, Laila langsung menaiki bed dengan hati-hati.
Saat itu, Kak Nuha menyuruh adiknya beristirahat, sedangkan dirinya sibuk merapikan perlengkapan yang dikirim dari rumah menggunakan ojek online. Sebagian barang seperti air mineral, minyak angin, dan handphone ditaruh di atas bedside cabinet. Sisanya tetap di dalam tas dan diletakkan di atas sofa sebelah bed Laila. Tas berisi pakaian itu dijadikan bantal untuk Kak Nuha beristirahat.
“Besok Mama ke sini kan?”
“Iya, setelah suami gue pulang kerja, biar ada yang jagain anak-anak gue di rumah.”