Sumi dan Fragmen Cerita Cinta yang Pendek

Robbyan Abel Ramdhon
Chapter #10

k

k

Sumi bercerita:

Dulu, sewaktu aku berumur delapan tahun, Fadli dan ayahnya datang ke rumahku. Fadli bertingkah sebagaimana bocah nakal yang salah didikan. Kami juga berteman baik sebelum mengetahui bahwa ayahku bertengkar dengan Ruslan, ayah Fadli. Ayahku pun sudah mengenal Ruslan sejak lama. Mereka dibesarkan dari masa yang sama. Bahkan saat Ruslan mencalonkan diri menjadi kepala desa, ayah berdiri paling depan memberikannya dukungan. Membawa suara kelompok tani.

Mungkin karena merasa perlu berterima kasih pada ayahku, Ruslan menawarkan Fadli untuk dijodohkan denganku. Pada saat itu ayahku sebenarnya tidak menolak secara langsung, ia hanya berkata: “Aku tidak bisa menentukan itu sekarang. Soal siapa yang akan mendampinginya kelak, biarlah menjadi keputusan Sumi. Tapi tentu saja kita boleh berdoa agar mereka bisa memberi kabar baik suatu hari nanti.”

Ruslan yang mendengar jawaban ayahku mengganti sikapnya menjadi lebih dingin. Bahkan ketika kopi yang dibuatkan ibuku datang ke hadapannya, tak sedikit pun Ruslan menyesap kopi itu sampai dirinya pulang tanpa berpamitan. Ruslan dan kopi menjadi sama dinginnya. Jangankan berpamitan, mengucapkan terima kasih saja tidak. Ruslan keluar dari pintu rumah dan menyeret pergi Fadli yang saat itu tengah asyik bermain denganku.

Keesokan paginya ayahku datang berkunjung ke rumah Ruslan dengan maksud meminta maaf atas kejadian sebelumnya. Ayah datang bersamaku. Kami melewati gerbang yang menjadi jalan masuk satu-satunya ke rumah besar milik kepala desa itu. Ketika kami sampai, Ruslan tengah memancing ikan ditemani istri dan anaknya. Ia memancing di sebuah kolam yang berada di tengah halaman rumah mewahnya.

Ruslan mengenakan singlet dan potongan celana pendek, duduk di kursi malas sementara istrinya duduk pula di kursi malas yang lain. Sambil memancing, Ruslan mengawasi Fadli yang bermain di pinggir kolam. Sebenarnya ikan-ikan itu bisa saja ditangkap langsung menggunakan jala atau semacamnya yang lebih praktis, entahlah kenapa Ruslan senang sekali memancing ikan hanya untuk melepaskannya kembali. Kebiasaan aneh Ruslan tersebut sering pula dilihat oleh warga ketika ia sedang berada di tepi sungai.

Ketika hendak mendekat ke Ruslan, ayah dihadang oleh dua anak buah Ruslan, padahal biasanya ayah tak pernah disambut seperti itu. Setelah menjelaskan maksud kedatangannya, seseorang dari dua anak buah Ruslan pergi sebentar membisikkan sesuatu pada Ruslan, kemudian ia kembali dan membolehkan ayah bertemu Ruslan.

Lihat selengkapnya