Summer Dream

Metha
Chapter #21

BAB DUA PULUH SATU

Radha datang sore berikutnya. Aku sudah kadung senang bukan main sampai melonjak sedikit di ranjangku. Kulihat dia menggendong soft case gitar dan menenteng tas kembang-kembangnya. Aku senang sekali sampai ingin bangkit dan memeluknya.

“Halo!” sapanya, lalu duduk di kursi di samping ranjangku. “Aku bawain gitar.”

“Gitar … umm … di sana … ya?” Aku bungkam seketika. Masih buruk, tapi susunan kataku sudah lebih baik dari kemarin.

Radha tertawa tanpa kesan menjatuhkan. Dia menurunkan tas kembang-kembangnya dan soft case gitar itu. Lalu dari soft case itu, dia mengeluarkan gitar kayu bercat cokelat karamel. Huh? Itu bukan gitarku. Gitarku warnanya cokelat dan hitam. Dan lagi, hanya dengan melihat susunan dawai dan frets-nya, aku tahu itu gitar tangan kanan.

Gadis itu memangku gitar dan mengalungkan strap ke tubuhnya. “Ini gitarku.”

Nah, jawaban itu menjelaskan identitas gitar itu. Huh? Gitar milik Radha?

“Kamu pasti heran kenapa aku bilang gitar ini punyaku.” Radha memainkan beberapa nada. Melihat posisi jemarinya di frets dan mendengar nada-nadanya, aku yakin Radha bukan amatiran. “Yah, soalnya aku suka musik. Aku memang nggak bisa nyanyi sebagus kamu, tapi aku bisa main gitar. Kadang, kalau lagi senggang, aku main gitar di rumah. Sembari nungguin toko, aku juga main gitarku.”

Mulutku terbuka. Hampir saja aku mengeluarkan beberapa kata semrawut lagi. Tetapi dengan cepat aku mengunci rapat mulut.

Radha tertawa kecil, masih sambil memainkan gitarnya. “Sori, ya, Krishna. Aku sudah bohong ke kamu. Dulu aku terus-terusan bilang aku nggak bisa main gitar. Soalnya aku nggak mau malu-maluin diriku sendiri di depanmu.”

Hah?

“Krishna, waktu aku tahu kamu suka main gitar dan musik, aku berjuang mati-matian supaya bisa jadi kayak yang kamu sukai,” terang Radha. Wajahnya merah padam mirip tomat sampai telinganya ikut-ikutan memerah. Matanya yang berkaca-kaca menandakan dia siap menangis sebentar lagi. “Aku pengin bisa main gitar. Aku pengin belajar musik. Aku pengin jadi orang yang bisa kamu ajak ngobrol tentang musik. Lalu, diam-diam, aku belajar main gitar dan belajar musik. Semuanya demi jadi seperti yang kamu suka.”

Umm, boleh aku bilang Hah lagi?

Radha mengusap matanya dan kelihatan salah tingkah. “Jadi, yah, aku bawain gitarku ini. Soalnya, aku nggak berani masuk ke rumahmu. Rumahmu juga sudah dikunci. Aku takut dikira maling, jadi aku pergi saja.”

Aku mengangguk maklum. Kuharap Radha mengerti.

Lihat selengkapnya