Aku bermimpi indah sekali malam ini.
Dalam mimpiku, aku berdiri di panggung terbuka kampus. Gitar tersampir di depan tubuhku dan aku menyanyikan Summer Dream diiringi petikan gitarku sendiri. Bisa menyanyi dan berdiri lagi adalah suatu berkah tersendiri yang didatangkan oleh mimpi.
Penontonku hanya dua orang: ayah dan ibuku. Mereka duduk berdampingan dan bertepuk tangan setelah aku selesai menyanyi.
“Krishna memang pintar, ya?” sanjung Mama. Dia mengenakan kebaya putih dengan sarung cokelat muda bermotif batik. Rambut Mama yang panjang digelung membentuk sanggul di puncak kepalanya. Bunga kamboja putih besar diselipkan di sanggulnya. Mama tampak bersinar mirip malaikat dari langit.
“Siapa dulu ayahnya? Surya!” Papa menimpali sambil bergurau. Ini adalah berkah lain dari alam mimpi—ayahku sehat walafiat.
Lalu aku melompat turun dan menghampiri orangtuaku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berkumpul dengan mereka, memandang wajah mereka dari dekat, dan merasakan kehangatan mereka.
“Krishna, Mama mau pergi ke tempat yang pasti kamu suka. Mau ikut Mama?” Mama menanyaiku. Setelah kuperhatikan lebih saksama lagi, Mama tampak begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari yang kuingat.