Langit tampak begitu cerah. Bunyi kicauan burung terdengar sangat merdu. Ayam berkokok begitu kuat, dan orang-orang mulai bergegas bangun dari tempat tidurnya. Lonceng pagi akan segera dibunyikan, tanda sekaligus ajakan bagi umat Kristiani, untuk mempersiapkan dirinya, datang dan menjalankan ibadah di Gereja. Lonceng gereja kini telah berbunyi dengan keras dan kuat pada jam sembilan pagi. Pertanda, ibadah di Gereja akan segera dimulai. Semua jemaat diharuskan sudah berada di tempat ibadah. Para pengurus dan pelayan Gereja, saling bantu-membantu mempersiapkan segala kebutuhan dalam proses peribadatan. Koster yang bertugas untuk merawat semua alat penerangan, peralatan Liturgi, kebersihan Gereja, dan isinya: pelayan Gereja lainnya bertugas mempersiapkan kebutuhan jalannya ibadah, dan Khadim sebagai pemimpinnya.
Semua jemaat perlahan berjajar masuk ke dalam Gereja. Mereka dituntun oleh Koster ke tempat yang telah disediakan; dan para petinggi Gereja, bersiap mengambil tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Suara sapaan jemaat di lingkup Gereja, menambah syahdu pagi hari yang indah itu. Masuk seorang wanita muda yang sangat cantik dan menawan. Wajahnya seperti bidadari. Sikapnya sangat ramah dan murah senyum kepada semua orang. Semua yang ada di dalam, termasuk para petinggi Gereja, memberi salam kepada wanita itu.
“Shalom, selamat pagi Ibu,” sapa satu-persatu dari mereka dengan sikap sopan.
Wanita itu menyahut dengan suara yang lembut, “Shalom juga saudara sekalian, Tuhan memberkati.”
Dia adalah Vikaris yang belum lama ini, ditugaskan untuk membantu pelayanan dari Pendeta utama. Tampak dari jalan, sosok pria dan wanita berpakaian serba hitam dan rapi. Yang pria, terlihat berwibawa dan karismatik, sedangkan yang wanita, begitu cantik dan santun.
Terpandang seorang anak gadis berjalan sejajar di samping wanita itu menggenggam jemarinya. Parasnya sangat cantik dan menggemaskan. Rupa wajahnya persis seperti kedua pria dan wanita itu. Tapak kaki mereka, memasuki halaman gedung Gereja. Para pengurus Gereja dengan langkah cepat datang menyambut pria dan wanita itu dengan ramah dan sopan.
“Shalom, selamat pagi Bapak-Ibu dan Putrinya,” sapa mereka merendah.
“Shalom juga, Pak. Selamat pagi,” balas pria yang berpakaian rapi itu memegang sebuah Kitab.
“Mari Bapak, semuanya sudah menunggu.”
“Mari.”
Sambil tersenyum, pria itu memandang ke dalam dari gerbang pintu depan Gereja yang terbuka. Memandang penuh wibawa serta keimanan yang hakiki kepada sebuah mimbar berkayu keras, bercat coklat tua yang terpasang Microphone dari situ.
Seiring langkah mereka menyelundup ruang Gereja, sambutan hangat tersembul dari bibir semua pelayan dan para petinggi gereja. Terlebih oleh Vikaris yang masih terbilang baru di jemaat itu.
“Selamat datang Bapak Pendeta dan Ibu Pendeta beserta Putrinya. Semoga kita di berkati selalu oleh Tuhan. Dan kiranya, kita sudah bisa memulai akan ibadah di pagi hari ini,” sambut Ibu Vikaris merendah.