Bekasi, 2001
Sudah jam 11.25, sebentar lagi bel istirahat berbunyi. Aku sudah terbayang gulai ayam hangat masakan padang si Uni di ujung kantin yang baru saja matang dengan aroma yang sangat menggoda ditambah nasi ukuran jumbo atau mungkin bakso Mang Udin dengan irisan cabai dan es jeruk segar. Perutku semakin keras bunyinya membayangkan beberapa menit lagi semua makanan itu akan masuk ke dalam perut..
Meski jarum panjang sudah bergerak 5 menit setelah terakhir aku melihatnya, suasana kelas masih saja sepi. Si Ayu yang duduk di sebelah masih sibuk mengutak-atik tugas fisika yang diberikan oleh Pak Bambang. Di bangku depan aku lihat Lou dan Sari mulai mengobrol, entah sudah berapa soal yang mereka kerjakan. Kulihat Rino mulai resah, pria yang duduk di deretan sisi kanan kelas sudah mengambil discman. Sayup kudengar sesekali bibirnya sibuk komat kamit menyanyikan band favoritnya. Pasti sedang mendengarkan SlipKnot atau Korn, band favoritnya. Maklum meski Rino yang terkenal keren dan pacarnya selalu gonta-ganti, otaknya cukup encer karena sering masuk peringkat 10 besar, dia juga seorang penyanyi band.
Sebelum pak Bambang dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk rapat secara mendadak, beliau sempat meminta kami semua untuk mengerjakan soal fisika mengenai gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Baru sebentar beliau mengajarkan mengenai bagaimana gerak suatu benda, titik acuan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas. Ternyata ibu Asih, kepala TU sekolah. Beliau mengabarkan bahwa pak Bambang diminta untuk segera ke kantor kepala sekolah karena ada rapat mendadak.
Begitu Guru Fisika yang terkenal suka melucu keluar kelas, bukan ramai seperti layaknya suasana kelas yang ditinggal guru keluar ruangan seperti saat aku di kelas 1 dan 2 dimana setiap anak langsung ramai dan heboh ngobrol, main, bahkan jajan ke kantin. Namun dalam enam bulan menjadi bagian dari makhluk IPA aku menyadari ada hal yang aneh. Sejenak pak Bambang keluar ruangan dalam hitungan detik hampir semua anak termasuk Ayu langsung sibuk berkutat dengan soal latihan tanpa ada yang sibuk jalan-jalan, sibuk jajan ke kantin atau melihat kecengan di kelas sebelah.
Aku lihat bagian sisi sebelah kanan tempatku berada memang mulai ramai dibanding sisi sebelah kiri. Meski Ayu masih sibuk dengan soal fisika yang hampir saja selesai, Rino yang tertangkap sedang menyanyikan lagu Somebody Someone hingga Falling Away From Me milik Slipknot mulai memainkan jemarinya mengikuti iringan lagu. Rino duduk satu meja dengan Widi, si pria kalem di sisi kanan IPA 2 dan selalu menjadi andalan kami. Widi selalu siap menemani dan mengantar kalau kami pergi ke pesta ulang tahun hingga larut malam, Widi selalu ada dan duduk mendengarkan saat kami bergosip namun tidak pernah ikut campur dan selalu bisa menjaga rahasia dengan sangat baik. Widi belum pernah tercium gelagatnya mendekati perempuan yang dia suka, entah kami yang kurang peka atau memang belum ada perempuan yang membuatnya jatuh cinta lagi setelah terakhir kali dia berpacaran di kelas 3 smp.
Di depan mereka ada Anggi, perempuan paling ramai yang menjadi andalan genk sisi kanan untuk pergi jalan-jalan dengan mobil kijang kapsulnya. Anggi memiliki cita-cita menjadi seorang dokter umum seperti kakaknya yang sedang kuliah kedokteran tingkat akhir. Rissa dan Novika duduk di meja depan Anggi. Rissa yang biasa dipanggil Icha adalah makhluk paling kreatif dan jago gambar yang aku kenal dan sering merasa terjebak masuk IPA. Dia masuk IPA hanya karena keinginan kuat untuk masuk Desain Grafis ITB. Sehingga demi mewujudkan cita-citanya Icha bertahan belajar di kelas IPA 2 dengan beban pelajaran yang sering dikeluhkan. Lain halnya dengan Novika, si gadis berkawat gigi ini masuk IPA karena keinginan kuat ibunya agar semua anak-anaknya masuk IPA seperti ibu, ayah dan kedua kakaknya. Dua pekan setelah masuk sebagai siswa IPA, Novika pernah meminta untuk pindah ke kelas IPS. Tetapi ibunya berhasil membujuk Novika dengan dalih, ibunya tidak akan mempersoalkan nilai yang didapat asal Novika mau usaha dan tetap menjadi anak IPA sesuai keinginan ibunya. Hal ini yang sering membuat Novika terlihat bosan dan nyaris sering tidur di beberapa pelajaran tertentu. Semua hanya keinginan orang tua, jadi anak IPA
Di sebelah Anggi ada Sari, perempuan paling sabar diantara deretan sisi kanan. Pacar Sari ada di kelas sebelah, Bram namanya anak IPS 3. Bram memiliki kepribadian seperti Sari yang tidak banyak berbicara namun memiliki tingkat kegantengan yang sangat tinggi. Saat Bram ketahuan menembak Sari untuk pertama kalinya, hampir satu angkatan kaget terutama komplotan sisi kanan. Karena dari adik kelas, Jihan si anak klub dance yang cantik memiliki perasaan dengan Bram. Namun Bram ternyata diam-diam memilih Sari, teman satu bangku saat duduk di kelas 1 SMA yang sangat sabar mendengar cerita mengenai para gadis yang naksir dengannya. Saat dia dimarahi guru Matematika atau bahkan saat Bram bertengkar hebat dengan ayahnya dan nyaris membuatnya ingin pergi dari rumah, Sari selalu ada mendengarkan dia. Beberapa bulan setelah masuk kelas 3, Bram tidak kuasa menyembunyikan perasaannya lagi terhadap Sari. Di saat jam pulang sekolah dan anak-anak IPA sedang bersiap mengikuti kelas tambahan untuk mata pelajaran Biologi karena persiapan try out esok hari, Bram tidak sengaja melihat Sari di jendela kelas. Ia sebetulnya ragu kala itu. Bram ragu apakah Sari akan membalas rasa suka yang ia pendam dan menganggapnya hanya sebagai teman curhatnya.
Bram pun mendekati jendela kelas IPA 2 di dekat tempat duduk Sari sebelum bu Tini guru biologi datang, “Sar nanti pulang mau les di Graha?” tanya Bram yang sudah hafal dengan jadwal bimbingan belajar Sari.
“Iya. Bram. Kenapa mau ikutan hehe?’ ujar Sari riang. Bram tahu meski Sari termasuk orang yang pendiam tapi saat berbicara dengannya dia bisa membuat Bram tersenyum
“Dianterin aja ya Sar, lumayan kan ngirit ongkos angkot. Lagi males main bola.” sahut Bram sambil menata detak jantungnya yang sudah tidak karuan
“Tadi sih janjian sama Anggi karena hari ini dia bawa mobil, ya nggi?” jawab Sari sambil menoleh singkat ke arah Anggi karena mereka berdua les di tempat yang sama.
Seolah tahu apa yang dirasakan oleh Bram Anggi pun menjawab dengan cepat, “ Sar, sama Bram aja gih. Gwe mau ke……. rrr toko buku dulu ada yang mau dicari. Nanti ketemu di Graha.”
Bram tersenyum.
“Ya udah. Makasih ya Bram.” ujar Sari singkat setelah tahu bu Tini sudah memasuki ruangan
Bram membuat kode setelah selesai jam tambahan, untuk menemui dia di kantin sekolah.
Akhirnya saat kelas IPA 2 selesai jam tambahan biologi, Bram mengantar Sari ke tempat lesnya di Bimbingan Belajar Graha. Di atas motor dan deru bisingnya jalanan Bram tidak berhenti bercerita apa saja. Dari adiknya yang mau masuk SMP, tugas kelompok Akuntansi yang bikin dia dan Rahmat teman sebangkunya berantem karena Rahmat lupa membawa tugas di saat harus dikumpulkan, hobi main bola yang bikin ayahnya mudah marah karena mendekati ujian kelulusan SMA dia masih saja sibuk main bola dibanding belajar. Sementara Sari di jok belakang motor mendengarkan semua, mendengar keluh kesah Bram sama seperti 2 tahun lalu mereka tidak sengaja duduk satu meja karena Bram datang telat dan hanya ada 1 kursi, di sebelah Sari.
“Sar, loe ga bosen dengar cerita gwe?” tanya Bram tiba-tiba saat mereka berada di lampu merah.
“Enggak, kenapa emang?” tanya Sari heran
“Serius lo Sar?” Bram bingung bagaimana harus memulainya
“Iya, biasanya juga itu. Cerita lo itu lucu-lucu. Rahmat lupa bawa tugas terus kalian disuruh bersihin papan tulis selama Sosiologi dan masih sempat injek-injekan kaki di depan kelas sampai Pak Daryono tambah marah.” tawa Sari
“Saaaaar…..’ tanya Bram
Tiiiiiin tiiiiiiiiin. Lampu hijau bunyi
“Kenapa Bram?” teriak Sari setelah motor kembali berjalan
“Sar, mau gak jadi pendengar setia gue terus?” ujar Bram dengan suara yang terhalangi oleh deru angkot dan mobil
“Apaan Bram, gue gak bisa denger???” teriak Sari lagi
“MAU GAAAAAAK SAAAAAR, DENGERIN CERITA GUE TERUS?” ujar Bram sambil berteriak
“GUE GAK NGERTI BRAM !” ujar Sari kencang
Motor Bram menepi di pinggir jalan Kalimalang yang ramai dengan kendaraan siang itu
Bram membalikkan muka dan menatap wajah perempuan yang selama ini dia suka
“Sar, jadi pacar gue ya. Cuma sama lo gue bisa cerita apa aja. Cuma sama lo Sari gue bisa jadi diri gue sendiri.” kata Bram dengan penuh keyakinan
Sari tercengang.
Suara knalpot mobil dan kenek bus metromini 45 yang sibuk berteriak mencari penumpang tidak membuyarkan lamunan Sari
Sari tidak mimpi
“Sar, di antara semua perempuan yang gue kenal. Hanya ada satu yang selalu hadir di saat gue sedih atau senang. Hanya ada satu yang bisa mendengar dengan baik bahkan tertawa saat gue melakukan hal aneh dan jadi diri gue sendiri. Hanya satu yang bisa membuatku merasa nyaman dan itu lo.” jawaban Bram ini yang membuyarkan lamunan Sari
Perasaan yang sama yang Sari temukan saat duduk satu meja dengan Bram 2 tahun lalu, perasaan yang dipendam karena rasa tidak percaya diri melihat karisma Bram.
“Bram….gue” ujar Sari perlahan sambil menyilangkan kedua tangannya di perut pria yang selama ini dia suka meski dalam diam
“Jadi artinya lo mau Sar?” tanya Bram
Sari tersenyum dan semakin memegang erat perut Bram hingga di depan tempat Bimbingan Belajar. Hatinya terasa hangat. Semesta hadir di waktu yang tepat. Di jok depan Bram tidak kuasa menyembunyikan kebahagiaannya saat tangan Sari memeluk lembut perutnya. Kegelisahan yang dia pendam selama ini akhirnya berujung manis, karena satu alasan Bram tidak mau saat lulus kelak berpisah tanpa pernah mengutarakan isi hati.
Saat Sari turun dari motor, “Sar, terima kasih ya. akhirnya tenang. Gue takut sar dari tadi kalau lo nolak, gue harus cari tempat kemana lagi buat curhat Pasti aneh kalau curhat sama orang yang udah nolak gue.” ujar Bram sambil tersenyum iseng
Sari hanya bisa mencubit lengan Bram yang kini telah resmi menjadi kekasihnya
Sehari setelah Sari diantar oleh Bram ke Bimbingan Belajar, membuat pertanyaan para anggota sisi kanan IPA 2. Anggi yang langsung sibuk bertanya detail kejadian, Rino dan Widi bersiul dan menggoda Sari tidak berhenti, karena Bram adalah basis band Rino dan sering bermain futsal dengan Widi. Sementara aku, Icha, Novika dan Dian mendengarkan cerita teman kami dengan cinta pertamanya
_________________________________________________________________________
Ting
Bel istirahat berbunyi