"Santai aja dong, jangan buru-buru gitu." Bintang baru memasuki kelasnya dan mendapati ketiga temanya sedang berkumpul di satu meja yang sama.
"Santai gimana, bel bentar lagi bunyi. gue belum siap nii aadduuhh mana masih banyak lagi."
"Tenang Tev, gue siap kok nemenin sekaligus jagain lo kalo misalkan lo di hukum sama pak bayu, toh gue kan juga belum siap." Ruri membalas dengan menaik-naikan kedua alisnya.
Bintang tertawa kecil melihat teman-temanya.
"Pr lo gimana Bi? Gak mau join sama kita?."
"Gue? Sorry Zo gue udah siap ngerjain, makanya gue berani datang lamaan sikit." Balas Bintang dengan cengiran tak berdosanya itu.
"Waahh parah lo Bi, trus nasib gue gimana dong? Gue mager banget di jemur di lapangan gini, bedak gue bisa-bisa ilang ni masih pagi gini."
"Yee mana gue tau lah, kemarin itu kan udah gue bilangin kerjain itu pr, malahan udah gue pap dong jawabanya."
"Bodo." Jawab Tevy singkat.
Bel berbunyi, ketiga teman Bintang masih di sibukan dengan pr matematika itu. Sampai akhirnya seorang guru berkumis tebal memasuki kelas dan menyapa para murid-muridnya.
"Sebelum pelajaran di mulai, saya meminta kalian untuk mengumpulkan pr yang telah saya berikan minggu lalu."
Semua murid berdiri dari bangku mereka masing-masing, Kecuali Tevy, Kenzo< dan Ruri.
"Sorry gaess gue ngumpul duluan nih ya. Selamat menikmati hukuman, semangat mamang-mamang ku." Bintang memanas-manasi ketiga temanya.
"Ada yang tidak mengerjakan?." Tanya pak Bayu dari depan kelas.
Tevy, Ruri, dan Kenzo memangkat tanganya ragu.
"Tidak ada yang lain selain mereka?." Tanya pak Bayu malas.
Kelas hening, tidak ada yang menjawab pertanyaan pak Bayu, mereka hanya terdiam dan saling pandang.
"Kalian bertiga silahkan maju kedepan."
Dengan langkah malas dan perlahan mereka maju kedepan kelas untuk menemui pak Bayu, atau yang biasa mereka sebut dengan pak kumis.
"Ini cuma bertiga? Yang satu kemana?."