3 Februari 2020.
Lokasi syuting sudah menjadi rumah keduaku. Sutradara memberikan istirahat untuk setiap pemain. Aku pun menuju tempat yang selalu aku pakai untuk beristirahat. Tak lupa juga aku mengambil beberapa jajan dari tasku dan menyantapnya. Sesaat aku merenung sambil memikirkan bagaimana aku bisa sampai pada titik ini.
Film ini merupakan impianku, bagaimana tidak? Aku sudah menonton sekuel dari film ini sejak aku kecil, dan sekarang aku bagian dari film ini! Dulu saat manajer bilang bahwa ada casting, langsung saja aku ambil, dan akhirnya aku diterima.
Duniaku memang hanya sebatas mencari peran di film, memainkannya, dan mendapatkan uang. Tidak lebih. Paling, yang menyenangkan dari menjadi seorang aktor hanyalah mendapatkan teman banyak, bisa menjadi idola dari banyak orang dan bisa menginspirasi banyak orang. Bonus, kalau dapat pacar.
Hari ini Anna pulang lebih lambat, sehingga aku tidak perlu buru buru menjemputnya. Sebenarnya justru aku punya niat untuk menginap disini, namun karena sutradara bilang bahwa peranku sebagian besar sudah hampir selesai, jadi aku bisa pulang lebih lambat.
“Stella, ayo balik lagi!” ujar Carl, teman sepermainanku. Aku pun tersenyum dan langsung beranjak dari tempat dudukku. Peran Carl dan aku adalah sepasang kekasih, jadi kami sering mendapatkan scene bersama.
Setelah menyelesaikan peran kami, Carl dan aku memutuskan untuk makan bersama di restoran yang biasa kami kunjungi setelah pulang syuting. Carl juga yang paling sering menemaniku untuk makan disini walaupun Carl pun sebenarnya tidak ingin ikut makan.
“Gak kerasa ya udah mau selesai aja ini film syutingnya,” ujar Carl memulai pembicaraan.
“Heem..,” sautku sambil melahap makananku.
“Lu gak jemput Anna?” tanya Carl.
“Masih ntar, katanya ada kegiatan sekolah minggu depan, terus dia panitianye,” jawabku. Carl mengangguk dan ikut melanjutkan makannya.
“Ada rencana selanjutnya?” tanya Carl. Aku menatap Carl sesaat dan bepikir.
“Hah?”
“Iya rencana? Nikah gitu?”
“Aelah masih 27 taun juga haha. Nikmatin aja hidup dulu, ntar mikir yang lainnya kapan kapan.”
“Walaupun ada yang mau sama lu?”
“Mau sama gua? HAHAHAH. Mana ada. Jelas jelas gua bukan tipe ideal cowo cowo.”
“Lha kan lu punya mantan?”
“Mantan? Gua di selingkuhin, itu yang udah ngebuka mata gua lebar lebar kalo gua bukan tipe ideal cowo. Dia juga yang bilang gitu.”
“Dih lu jadi orang minder amat sih. Jijik gua.”
“Dih bodoamat.”
“Kalo gua yang mau sama lu gimana?”
“Hah? Hahaha, mau di film? Iya lu kan pacar gua di film. Kalo di aslinya mah kita temenan, ye ga?” seruku sambil tertawa kecil. Carl pun memberikan senyuman kecil dan melanjutkan makannya.
“Dah deh, gua mau istirahat pulang. Duluan ye,” pamitku yang sudah selesai dengan makananku. Carl hanya mengangguk.
Aku pun merogoh kunci mobilku dan langsung menginjak gas dan pulang.Di jalan Louis mengirimkan pesan singkat kepadaku jika ia akan pulang lebih awal dan sudah menunggu di rumah. Aku pun mempercepat laju mobilku agar lebih cepat sampai rumah.
“Louis!!” panggilku setelah sampai ke rumah. Louis yang hanya duduk di sofa sambil menonton televisi pun langsung beranjak.