Sun's Economic.

Aurellia Angelie
Chapter #3

Bab 2

9 Maret 2020.

Sekarang jam sebelas malam dan aku masih ada di depan televisi. Sebenarnya tidur larut malam sudah biasa bagiku, namun tak pernah di depan televisi. Anna sudah tertidur, besok katanya ada ulangan harian di pelajaran pertama. Ia bilang, ia tidak ingin mengantuk saat mengerjakan nanti. Sedangkan Louis masih sibuk di depan layar laptopnya. Aku bisa pastikan dia belum tertidur karena aku masih bisa mendengarnya mengetik.

Entah apa tujuanku menatap televisi selarut ini. Aku bahkan entah mengapa tidak tertarik membuka ponselku sama sekali. Aku hanya sibuk menekan tombol di remot televisi ini. Setelah beberapa terus menerus mengganti saluran televisi, aku tiba tiba menemukan beita yang menarik perhatianku.

“Larry?” Aku langsung merogoh ponselku. Saat kunyalakan ponselku, terdapat banyak panggilan yang tidak terjawab dari manajerku. Ini tidak beres. Aku pun menelepoon manajerku.

“Halo?”

“Halo, ya ampun Stella, lu kemana aja sih?” protes manajerku.

“Maaf, tadi hp kemute kayaknya. Terus tadi nonton TV. Itu yang di berita beneran?”

“Gua juga gak tau. Gua udah coba buat cari informasi, semuanya sama. Kayaknya beneran..”

“Gak ah masa sih. Terus nasib gua gimana?”

“Gua udah coba buat nghubungi istrinya, tapi gak ada jawaban.” Mendengar hal tersebut aku langsung mematikan telepon tersebut. Aku kemudian membanting ponselku ke atas meja depan sofa. Mendengar itu Louis keluar dari kamarnya karena mendengar suara bantingan tersebut.

“Apaan kak? Kenapa?” tanya Louis ysesaat setelah menatapku. Aku tak menjawab dan hanya melihat ke arah televisi. Louis pun ikut melihat ke arah televisi. Matanya membesar ketika melihat berita yang sedang diberitakan.

“Larry Stevenson terjerat kasus narkoba?” ujar Louis. Aku terdiam.

“Wait kak, bukannya Larry itu sutradaranya kakak?” lanjut Louis. Aku mengangguk pelan.

“Terus kakak gimana? Filmnya gimana? Udah ada kontrak kan?”

“Kontrak?”

“Iya..”

Bentar kakak mau ke manajer dulu. Kamu jaga Anna ya.” Aku pun langsung beranjak dan pergi. Louis hanya terdiam dan melihatku pergi.

Di jalan pikiranku benar benar kacau. Apa yang akan terjadi selanjutnya jika film ini batal di tayangkan? Aku pun melaju dengan kencang ke kediaman manajerku. Sesampainya disana, aku disambut hangat oleh suaminya.Ia memintaku untuk duduk dan menunggu manajerku untuk keluar. Satu satunya hal yang aku lakukan hanya merenung. Aku menunggu manajerku, Linda, keluar dari kamarnya. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ia kelar dari kamarnya.

“Jadi bagaimana?” tanyaku. Linda terdiam. Aku menghembuskan nafas berat.

“Gak ada yang bisa dihubungi,” jawabnya.

“Gua udah coba buat hubungin sana sini soal kabar ini, tapi gak ada satupun yang bisa gua jangkau,” lanjutnya. Linda menatapku dengan tatapan iba. Ia tahu seberpa inginnya aku memainkan film ini, dan tiba tiba saja dibatalkan.

“Yang sabar ya... Soal gaji gua usahain gimana pun caranya. Sekarang yang lu sama gua lakuin yaitu cari peran lain.” Linda menepuk-nepuk punggungku. Aku memberikan senyuman kecil kepadanya.

“Iya gak apa apa. Sans aja, pasti ada jalan,” ujarku sambil terus mengembangkan senyumku. Linda yang melihatku tersenyum ikut tersenyum lebar.

“Jadi memagnya ceritanya gimana sih?” tanyaku.

“Gua emang udah curiga sih. Soalnya gua berapa kali liat si Larry tuh kayak ngefly, padahal gua gak nyium bau alkohol sama sekali.”

“Ohh...”

Lihat selengkapnya