Sewaktu kecil, Vikrama berpikir memiliki rumah di perdesaan terkesan tidaklah menyenangkan. Sangat membosankan. Tidak ada koneksi internet, Mall, Kafe, Bioskop, dan teknologi-teknologi yang selalu menemani hari-harinya. Pikiran kecilnya seolah merasa seperti, jauh sekali dari peradaban.
Seekor burung berkicau, memanggil-manggil namanya di langit biru nan sepi. Dia bersandar pada sebuah pohon beringin yang berada di dekat rumahnya, lalu menutup kedua matanya secara perlahan sembari menikmati semilir angin yang berhembus menerpa ke seluruh tubuhnya. Terasa begitu nyaman dan damai, jauh dari polusi, dari mereka yang penuh dengan nafsu.
Perceraian kedua orang tuanya yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu meninggalkan sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Dia merasa bahwa semua ini tidak terasa benar, keputusan yang diambilnya saat itu masih menyisakan sedikit keraguan di dalam hatinya.
"Vikrama waktunya makan!" teriak Ayah dari dalam rumah.