Rhea bersama dengan Akmal memutuskan untuk menjenguk Tarani secara bersamaan. Akmal menjemput Rhea di rumahnya dengan menggunakan mobil, sekaligus ia ingin bersilaturahmi terlebih dahulu bersama dengan orang tua Rhea.
Ini adalah pertama kalinya bagi Akmal untuk berbicara dengan orang tua Rhea secara pribadi. Di sekolah pertemuan mereka hanya sebatas guru dan murid, dan hanya membicarakan mengenai perilaku baik Rhea selama di sekolah.
"Saya minta maaf atas semua hal yang terjadi di masa lalu," ungkap Akmal setulus hatinya.
Tetapi orang tua Rhea hanya menjawabnya dengan kalimat yang sama pada Vikrama sebelumya. Mereka mengatakan bahwa Akmal tidak perlu khawatir, karena itu semua hanyalah masa lalu, bagi mereka yang terpenting saat ini adalah melihat Rhea anak semata wayangnya, dapat hidup bahagia, dan berjuang untuk meraih mimpinya.
"Terima kasih!" Kata Akmal kembali dan hanya dibalas anggukan senyum oleh kedua orang tua Rhea. "Sampai jumpa!"
Setelah berpamitan pergi, mereka dengan segera berangkat menuju rumah sakit tempat Tarani di rawat. Rhea duduk di belakang karena di depan telah ada Lira yang duduk di sebelah Akmal. Sepanjang jalan Akmal hanya berbicara dengan kekasihnya saja, hingga akhirnya Rhea merasa bosan dan mulai menanyakan sesuatu yang membuat Akmal kesal pada Lira.
"Kakak kok bisa sih suka sama pria kayak dia?" Tanya Rhea penasaran, dan Lira terlihat tersipu malu. "Gak ada yang bisa dibanggakan dari pria ini!"
"Diam Rhea!"
"Iya aku tahu orang-orang mengidamkan dia, tapi ... apa sih yang orang-orang lihat dari dia?" serius, selama ini Rhea merasa heran dengan orang-orang yang tergila kepada Akmal. "Mata mereka buta kali yah?"
Lira tertawa mendengar hal itu dari Rhea, sementara Akmal merasa sangat kesal dan memutuskan untuk membalasnya, "Lalu bagaimana denganmu? apa yang kamu lihat dari Vikrama? dia bahkan tidak lebih tampan dariku, dia bahkan tidak memiliki tubuh yang kekar sepertiku, dia juga hanya anak pendiam yang tidak mudah bergaul. Apa sih yang kamu lihat dari dia hingga bisa kepincut sama dia? tanyanya, dan dalam benaknya Akmal sungguh meminta maaf pada Vikrama karena telah menghinanya.
"Diamlah ...." Rhea berteriak, tapi setelah itu dia terdiam malu, dan mengatakan sesuatu dengan suara yang sangat pelan seraya memalingkan pandangannya pada jalan di luar jendela. "Berisik sialan!"
Akmal tertawa dengan sangat kencang begitu melihat raut wajah kesal dari Rhea dan segera diberikan ceramah oleh Lira karena bertingkah seperti anak-anak. Lira menjelaskan pada Rhea mengapa dia bisa mencintai Akmal, dan dia juga mengatakan bahwa cinta itu tidak dapat diprediksi. Kita bisa tertarik pada semua orang yang cantik atau tampan, tapi kita tidak bisa mencintai seseorang hanya dengan melihat tampangnya saja. Terkadang kita juga tiba-tiba merasakan cinta pada mereka yang terdapat memiliki banyak kekurangan.
Rhea menganggukkan kepalanya, sedikit mengerti dengan kalimat yang dijelaskan oleh Lira kepadanya. Dia juga sebenarnya sadar mengapa Vikrama bisa menjadi semenderita ini ialah karena dirinya, semenjak saat itu entah mengapa Vikrama berubah menjadi lebih gelap, berbeda dengan pada saat pertama kali mereka bertemu. Dia pernah sekali bertanya pada Akmal mengenai hal itu, ia mengira Akmal sebagai Kakak akan mengetahui alasan dari perubahan Vikrama. Namun, Akmal hanya menyuruh Tarani untuk tidak mempertanyakan lagi.
Tetapi Akmal saat ini merasa sangat kesal karena Rhea lebih mendengarkan apa yang dikatakan oleh Lira, daripada apa yang dikatakan olehnya. "Sialan!"
Sesampainya di rumah sakit, mereka bertiga segera turun dari dalam mobil seraya membawa sekotak kue yang dibeli di toko orang tua Rhea. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sakit bersama-sama, mencari ruangan tempat Tarani di rawat dengan bertanya pada para petugas yang tidak sengaja mereka temui sepanjang jalan.
"Pasti membutuhkan biaya yang besar untuk berobat di tempat ini," kata Rhea yang merasa takjub dengan kemegahan area rumah sakit ini. "Aku penasaran bagaimana Tarani membayar pengobatannya?"
"Iya teman-temannya memiliki banyak uang, jadi dia tidak perlu repot-repot untuk memikirkan bagaimana cara membayar pengobatannya," kata Akmal menjelaskan. "Sri, Dimas, dan Pito. Keluarga mereka memiliki kekayaan yang tidak dapat kita bayangkan."
"Beruntungnya dia."
Pada saat masuk kedalam ruangan, mereka melihat Deni sedang menyuapi Tarani. Itu sungguh pemandangan yang sangat tak terduga bagi Rhea dan Akmal, sementara itu Kak Lira menyimpan kotak kue yang dibawanya di atas meja. Tanpa merasa malu, Deni tetap menyuapi Tarani seolah dia adalah seorang Kakak yang sedang menyuapi adiknya makan. Dan di sisi lain Tarani merasa kaget dengan kedatangan Akmal dan kekasihnya, dan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Rhea di sini. Setahu Tarani, mereka tidak pernah saling berbicara sekalipun di sekolah, bahkan bagaimana Rhea bisa tahu jika Tarani sedang di rawat di rumah sakit.
"Apa otakmu baik-baik saja?" Tanya Akmal pada Deni, dan Rhea juga ikut menanyakan hal yang sama pada Deni.
"Berisik kalian berdua!" Ucap Deni, merasa sangat kesal. "Apa yang dilakukan guru di tempat ini? Apa kamu ingin melaporkan bukti pada sekolah agar Tarani dapat dengan segera dikeluarkan dari sekolah?"
"Mungkin. Bagaimana perasaanmu saat ini?" Tanya Akmal yang kini telah berdiri di dekat Deni yang masih menyuapi Tarani. "Apa kamu sudah merasa baikan?"
"Iya, aku merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya ... bantu aku bangun!" Pinta Tarani pada Deni, dan dia pun menuruti permintaanya. "Apa Bapak tahu ke mana Vikrama pergi?"