Selalu ada cerita dimanapun itu. Sungguh, sunrise adalah bagian dari sebuah cerita yang sudah kami lalui. Dia adalah saksi dari apa yang sudah terjadi padaku. Ini kisahku, bukan. Inilah kisah kami. Kisah yang, kalian bisa menyimpulkannya sendiri setelah membaca.
Haiii, welcome!
I hope u like it๐
***
"Kakak!" Senyum gadis berambut sebahu itu merekah saat melihat Leon-kakaknya-berjalan masuk ke dalam rumah. Kaki kecilnya itu segera berlari menghampiri Leon lalu memeluknya erat, yang dibalas pelukan tak kalah erat pula olehnya.
"Kamu udah makan? Tanya Leon seraya mengacak acak rambut Kala-adiknya-yang tergerai. Gadis itu menyembulkan kelapanya dengan muka lucu yang menatap Leon sayang.
Lelaki itu namanya Leonardo Revaldi. Umurnya 20 tahun dan merupakan mahasiswa Universitas Paus Mada. Sedangkan adiknya itu bernama Kalara Revaldi, usianya 16 tahun yang sejak SMA menjalani homeschooling atas perintah kedua orangnya. Sebenarnya, Kala bukan seperti kebanyakan gadis pada umumnya. Banyak kegiatan yang tidak bisa dia lakukan, semua itu semata untuk menjaganya.
Homeschooling memang tidak mudah untuk dilalui. Tapi keputusan Fernan dan Riani-orang tua Leon-untuk menjaga Kala sudah bulat. Setiap tindakan dan keputusan yang diambil selalu memiliki resikonya masing masing, dan itu sudah merupakan hukum alam yang tidak bisa diganggu gugat. Termasuk homeschooling.
Keuntungan homeschooling ini sebenarnya cukup banyak, diantaranya adalah: waktu belajar yang fleksibel, pengawasan yang ada membuat Kala dapat terhindar dari pergaulan bebas, dan adanya waktu istirahat yang cukup bagi Kala agar dirinya tidak terlalu lelah.
Sedangkan kerugiannya sendiri antara lain adalah terbatasnya pergaulan dengan teman sebaya, perlunya perhatian extra, dan terbatasnya ruang lingkup bagi Kala. Tapi gadis itu tak pernah membantah perintah Fernan dan tampak ceria melakukan rutinitasnya setiap hari. Seperti hari ini, sekolahnya bahkan sudah berakhir pukul 10 tadi.
Kala tertawa kecil lalu mengerjapkan matanya pelan.
"Belum. Mau nungguin Kakak."
"Kenapa?"
"Enggak papa sih Kak, mau ditemenin aja."
"Yaudah kalau gitu ayok!"
Leon merangkul Kala dan kembali mengacak acak rambutnya gemas. Kenapa adiknya itu bisa semenggemaskan ini? Karena tidak tahan, Leon mencubit pipi Kala dan tertawa kecil. Merasa sakit, Kala mencebikkan bibirnya lalu menatap kakaknya kesal. Bukannya terlihat seram, muka marah Kala itu terlihat sangat menggemaskan di mata Leon.
Tak bisa marah dengan sang kakak, keduanya berbaikan setelah 5 detik marahan. Setelahnya mereka menghabiskan makan siang yang memang sudah asisten rumah siapkan untuk keduanya hingga habis. Setelah selesai makan, Leon pamit kepada adiknya itu dan menuju ke kamarnya.
Di dalam kamar, Leon tersenyum tipis saat sebuah notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Jarinya segera bergerak untuk mengetik pesan balasan kepada perempuan yang berhasil memikat hatinya semenjak dia menjadi maba di Universitas Paus Mada. Sebenarnya mereka masih menjalin HTS-hubungan tanpa status-tapi keduanya susah saling mengenalkan ke keluarga masing masing.
Namanya Kanaya Alfareza, orang orang memanggilnya Naya. Perempuan kalem bin feminim yang sangat baik kepadanya, bahkan kepada Kala juga. Dan sepertinya Kala juga sudah setuju jika mereka menjalin hubungan lebih. Naya adalah tipe orang yang baik banget ke semua orang, hingga terkadang dirinya tak sadar jika sering dimanfaatkan bahkan dimanipulasi oleh orang lain.
Leon mengubah raut mukanya menjadi datar saat mendengar ketukan pelan di pintu.
"Kakak..." panggil Kala pelan.
"Iya apa La? Masuk sini."
Kala membuka pintu kamar Leon pelan lalu berdiri seraya menatap mata Leon memelas.
"Ikut Kala yuk Kak?"
"Kemana?"
"Nyiram tanaman, ehehe."
Leon tertawa. "Ayo."
Keduanya berjalan keluar kamar menuju green house di halaman belakang dengan Leon yang tak bisa diam untuk tidak mengganggu adiknya itu. Entah menyentil telinga Kala, menyembunyikan bandananya, menarik rambutnya pelan, dan masih banyak lagi keisengan yang dilakukannya.
Bisa dibilang Leon di rumah dan Leon di kampus adalah Leon yang berbeda. Di rumah dia selalu mengganggu Kala dan tidak bisa diam, sedangkan di kampus Leon selalu memasang muka cool yang menarik perhatian kaum hawa. Muka bulenya itu memang menarik perhatian banyak wanita, walau tak ada satu pun yang pernah dihiraukannya selain Naya.
Kala mengambil penyiram yang letaknya tak jauh dari gudang belakang lalu mulai menyiram tanaman yang ada di sana satu persatu. Tidak semua, hanya beberapa. Hanya tanaman miliknya saja yang selalu dia siram setiap hari. Sisanya? Akan Kala siram jika tidak sibuk. Dalam kamus milik Kala, sibuk artinya malas.
"Jadi, ini tuh tanamannya disiram Kak biar cepet tinggi."