"LEON LEON LEON LEONARDO REVALDI!"
Raka yang menjerit histeris seperti itu membuat Leon yang mengantuk itu menutup telinganya kesal dengan Adit yang hanya diam tak mengiraukan temannya yang sudah diambang kewarasan itu.
"Lo kenapa Yon?" Tanya Raka yang tak jadi heboh karena melihat muka Leon yang tampak sangat mengantuk.
"Ngantuk." Ucapnya seraya meletakkan muka di meja laku menutupinya dengan tangan dan memejamkan matanya.
"Lo sendiri kenapa? Udah gila lo sekarang?" Tanya Adit tanpa mengalihkan pandangan dari game di ponselnya yang langsung membuat Raka kembali heboh.
"Akte kelahiran gue hilang! Masa iya gue harus dilahirin lagi?!"
Adit memutar bola matanya malas. "Sama dong konsepnya kayak orang yang buku nikahnya hilang berati harus nikah lagi gitu?!"
"Emang iya?"
"Coba lo cari lagi sono!"
"Nggak bisa, hati sama otak gue nggak sinkron. Hati gue seakan berhasil dibawa pergi."
"Yang lo butuhin sekarang itu duit bukan cinta! Kerja Rak kerja! Biar lo tuh nggak disakitin terus sama cewek!"
"Gak papa udah gue ikhlas. Kalaupun nanti pas dia masak dan masakannya gosong, kompornya udah yang gue salahin. Kurang baik apa lagi gue?"
"Jujur, gue malu satu udara sama orang yang stupidnya unlimited kayak lo!"
"Heh apaan lo?! Mulut lo dijaga ya!"
"Ya Tuhan gue ini bukan indigo, tapi kenapa gue bisa tau mana yang setan mana yang temen?"
"Nggak usah mancing ya lo Dit!"
"Gue sih sebenernya santuy ya, tapi kalau lo ngegas jangan salahin kalau gue jadi bar bar."
"Ya Tuhan gue sebenernya nggak mau ngumpat tapi kenapa selalu ada setan yang mancing?! Tuhan maafkan hambamu ini. ADIT SETAN!"
"Ck, berisik banget kalian!"
Keduanya saling pandang seraya mengeryitkan dahi bingung. Adit mengedipkan sebelah matanya lalu menunjuk Leon dengan lirikan matanya.
"Heh Dit lo ngapain? Gue udah punya cewek jadi nggak usah genit gitu!"
"Ya Tuhan demi apapun bolehkah hamba-Mu ini membunuh setan di depannya ini? Sungguh, tangan hamba sudah sangat gatal untuk menampolnya bolak balik hingga mampus!"
***
"Lo kenapa Yon?" Tanya Adit saat kelas baru saja berakhir 5 menit lalu.
"Gue semalem nggak tidur."
"Kenapa?"
"Malem malem Adit melongo, diem lo!"
Raka yang tak tau salahnya apa menatap Leon bingung.
"Gue emang selalu salah, nggak di mata lo di mata cewe juga."
"Mana nggak dianggep lagi." sambung Adit cepat yang langsung mendapat pelototan tajam dari Raka.
"Naya kan?" tanya Adit tepat.
Beberapa menit kedepan, ketiganya hanya diam tak bicara daan saling pandang. Leon menghembuskan nafas pelan mendengar pertanyaan Adit barusan. Sebenarnya dia tak pernah memberitahu Raka dan Adit tentang hubungan asmaranya. Tapi entah tau dari mana tiba tiba Raka sering menanyakan tentang Naya seraya menggodanya. Begitu pula dengan Adit yang juga sering to the poin bertanya padanya saat Leon sedang melamun.
"Hal sederhana... Yang bikin cewe bahagia itu apaan?" tanya Leon tanpa menoleh maupun menatap muka sahabatnya.
"Pas naik motor helmnya dipakein, waktu di tempat ramai tangannya digandeng, dicubit pipinya gemes, murah senyum, diusap kepalanya, apalagi pas lagi cemberut dan sedih." jawab Adit santai yang langsung mendapat tatapan bingung dari keduanya.
"Ini beneran lo Dit? Lo udah pengalaman atau gimana?" tanya Raka tak percaya yang diangguki setuju oleh Leon.
"Setau gue, lo kan jomblo dari lahir." sambung Leon.
"Sekate kate! Gue tuh awalnya cuma coba coba, eh tiba tiba keterusan sampe sekarang jomblonya."
"Gila sih si Adit. Nggak nyangka gue." Raka menggeleng gelengkan kepalanya.
"Kalau ditanya hal sederhana yang bikin cewe bahagia, jawabannya simpel. Coba buat care sama cewek lo, perhatikan detail sekecil apapun itu yang bisa bikin si cewe bahagia. Kalau cewe salah tuh dia bakalan cari ribut, harap dimaklumi. Karena kata keramat 'cewek selalu benar' itu masih berlaku."
Leon mengangguk paham. "Kalau menurut lo Rak?"