"Udah ya La, sekarang kamu tidur."
"Iya Kak."
Sebelum Kala memasuki kamarnya, dia menggerakkan tangannya dan menyuruh Leon untuk menunduk sebentar.
"Langsung tembak aja Kak. Emangnya Kak Leon mau nanti Kak Naya keburu diambil orang?"
Leon tersenyum tipis lalu menyuruh Kala untuk segera tidur. Setelah mengantar Kala hingga ke kamarnya, Leon menuju ke ruang tamu untuk menghampiri Naya di sana.
"Kamu mau aku anter pulang atau nginep sini?"
"Aku bisa pulang sendiri kok Le, nggak papa."
"Nggak mungkin lah aku biarin cewek pulang sendirian malam malam gini. Tunggu bentar Nay, aku ambil jaket dulu."
Naya mengangguk pelan lalu kembali duduk di sofa. Pintu rumah yang dibuka tiba tiba membuatnya refleks berdiri lalu menatap kedua orang yang masuk itu.
"Tante, om." Sapanya ramah.
"Eh, ada Naya." orang tua Leon yang memasuki rumah dengan terburu buru itu mendadak kembali normal lalu menyambut Naya.
"Leon mana? Kok kamu ditinggal sendirian di sini?" tanya Riani-ibunya Leon.
"Kamu mau pulang?" tanya Fernan juga tanpa memberikan kesempatan bagi Naya untuk menjawab pertanyaan Riani tadi. Wanita itu tersenyum tipis.
"Leonnya lagi di dalam tante, ambil jaket katanya. Ini saya mau pulang kok."
"Kenapa nggak nginep di sini aja? Kala pasti senang ada temannya."
"Nggak usah tante, nanti malah merepotkan."
"Nggak papa kok, nginep aja ya di sini?"
Naya akhirnya mengangguk lalu tersenyum tipis ke arah kedua orang tua Leon. Sedangkan Leon yang baru datang dari kamarnya setelah mengambil jaket sedikit terkejut saat melihat kedua orang tuanya. Bukannya mereka bilang baru akan pulang seminggu lagi?
"Mama? Papa?"
"Kala mana Le?" Tanya Riani cepat.
"Di... kamar ma, kenapa?"
"Kamu temenin Naya di sini dulu Le, dia nginep kok di sini. Mama sama papa mau ke kamar Kala dulu." Fernan segera berdiri lalu beranjak ke kamar Kala yang kemudian langsung disusul oleh Riani.
"Orang tua kamu kenapa Le?" Tanya Naya bingung.
Leon diam lalu duduk di samping Naya. "Kayaknya mama papa udah tau masalah yang tadi deh, yang di minimarket."
"Aku juga nggak nyangka sih Le, Kala baik baik aja kan?"
Leon mengangguk.
Hening.
"Kamu mau tidur sama Kala atau tidur di sebelahnya kamar Kala?"
"Eng-"
"Sama Kala aja!"
Kala berlari pelan menuju ruang tamu lalu menggenggam tangan Naya memohon. Orang tua Leon yang mengikuti Kala dari belakang tersenyum tipis dan memberi tanda setuju atas permintaan Kala barusan. Gadis itu pasti membutuhkan teman untuk menemaninya setelah apa yang dialami tadi.
"Ayo Kak!"
"Saya pamit dulu ya tante, om. Permisi."
Naya mengikuti Kala yang terus menarik tangannya hingga ke kamar. Kini tersisa Leon dan kedua orang tuanya saja yang saling pandang tak berbicara sama sekali.
"Leon." Panggil Fernan pelan.
"Iya pa?"
"Kala kenapa tadi?"
"Maafin aku ma, pa. Aku bener bener nggak sengaja."
Riani duduk di samping putra sulungnya itu lalu mengelus pelan rambutnya. "Iya, mama harap kamu nggak seteledor ini lagi Le. Kamu mau kehilangan Kala?"
"Ma..."
"Udah, kamu balik ke kamar Le, istirahat."
"Iya pa."
***
Di kamarnya, kini Leon tak bisa tidur dan memutuskan untuk menghubungi sahabatnya itu. Tentu yang diawali dengan umpatan Adit yang lagi lagi kalah bermain game sebab dering telepon yang masuk ke HPnya.
"Apaan?"
"Gue mau cerita nih." Ucap Leon seraya mulai merebahkan badannya di kasur.
"Cerita apaan?" Raka yang mendengar kalimat pembuka yang cukup bagus itu segera menyaut untuk menghilangkan kegalauan.