"Le,"
"Duduk dulu Nay, aku mau ngomong sesuatu."
Naya duduk lalu kembali menatap Leon bingung.
"Kamu mau pesen apa?"
"Eng, samain aja deh sama punya kamu."
Leon mengangguk lalu memesankan makanan untuk keduanya. Mereka saling diam, saat ini Leon benar benar gugup. Begitu pula dengan Naya yang merasa semua ini membuatnya menjadi canggung terhadap Leon. Tak berapa lama menunggu, makanan yang Leon pesan tadi datang. Lelaki itu tak banyak bicara dan hanya menyuruh Naya untuk makan terlebih dahulu.
Wanita itu mengangguk dan mulai memakan makanannya sambil sesekali melirik ke arah Leon. Leon pun juga sama, sesekali melirik ke arah Naya sambil berdoa dalam hati. Tatapan mereka bertemu dan membuat keduanya membuang muka masing masing karena malu. Naya dapat merasakan mukanya memanas tiba tiba entah kenapa.
"Eng, kamu mau nambah Nay?" tawar Leon saat makanan keduanya sudah habis.
"Enggak usah Le, makasih."
Naya mengambil minumannya lalu meminumnya seraya menatap Leon yang masih terdiam.
"Kenapa Le?"
"Engh, kamu masih inget cerita aku di malam karnaval waktu itu?"
Naya mengangguk. "Masih. Yang kamu bilang kamu cuma dianggap teman kan sama cewek padahal kamu suka sama dia?"
Kini Leon mengangguk. "Iya. Dan cewek itu..." lelaki itu menghembuskan nafas pelan seraya menatap Naya tulus.
"Kamu Nay."
Naya mematung mendengar pernyataan Leon barusan. Jadi selama ini... Leon menyukainya diam diam padahal dia tau kalau Naya menyukai Rega? Dadanya terasa sesak seketika saat membayangkan bagaimana jika dirinya berada di posisi Leon. Mendengar orang yang disuka bercerita tentang orang lain itu menyakitkan. Dan Leon sudah bertahan selama dua tahun ini tanpa berbicara apapun kepadanya.
"Le, aku a-aku minta maaf." sesal Naya yang tak tau harus berkata apa.
"Enggak papa Nay, jadi... Lo mau?"
Hening.
"Kenapa kamu bisa suka sama aku Le? Bahkan setelah apa yang kamu rasakan saat aku terus membahas tentang Kak Rega bareng kamu. Aku jahat Le, jahat banget."
Leon tersenyun getir seraya meraih tangan Naya. "Cinta itu nggak perlu alasan. Awalnya aku nggak percaya sama kalimat ini, tapi setelah ketemu kamu... Aku percaya."
"Aku nggak sempurna Le, kalau dibandingkan sama Luna dan cewek cewek yang-"
"Aku suka kamu apa adanya, bukan ada apanya. Aku suka cara kamu bicara, aku suka bagaimana cara kamu memerlakukan orang lain dengan baik, aku jatuh cinta sama sikap kamu Nay, sama semua yang ada pada dirimu. Termasuk semua kekurangan yang kamu punya."
Wanita berbaju merah itu menunduk. "Aku... Nggak panter buat kamu Le. Aku udah nyakitin perasaan kamu selama ini. Kamu... Berhak mendapat yang lebih baik dari aku."
"Nggak usah nyuruh aku buat nyari yang lebih baik Nay, karena wanita yang menurut aku terbaik baru aja nyuruh aku buat meninggalkannya."
Mata Naya memanas mendengar itu. Sungguh, dia merasa sangat sangat bersalah terhadap Leon.
"Maaf Le, aku... Perlu waktu buat jawab."
Lelaki itu tersenyum lirih. "Iya Nay, aku nggak maksa kamu buat jawab pertanyaan ini sekarang. Kalau kamu udah siap, baru kamu bilang ke aku. Aku nggak maksa kok, kalaupun pada akhirnya kamu nolak aku... Aku cuma mau berharap satu hal sama kamu. Aku harap pertemanan kita tidak ikut hancur, seperti perasaan aku ke kamu."
***