"Mama..." rengek Kala seraya terus terisak di pelukan sang ibu.
Setelah mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Leon kecelakaan, Kala dan orang tuanya segera menuju rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Kaki ketiganya terasa lemas saat mendengar bagaimana kondisi Leon saat ini. Dokter bilang, Leon mengalami patah tulang terbuka dan kehilangan banyak darah.
Patah tulang adalah kondisi dimana tulang patah sehingga posisi dan bentuknya berubah. Sedangkan patah tulang terbuka adalah kebalikan dari patah tulang tertutup. Yaitu ketika ujung tulang yang patah sampai merobek kulit, sehingga jaringan di bawah kulit dan tulang yang patah dapat terlihat jelas. Yang jelas, patah tulang terbuka ini mengakibatkan pendarahan eksternal pada Leon yang menambah parah lukanya.
Riani mengeratkan pelukannya pada Kala. "Percaya deh sama mama, Kak Leon pasti bakal baik baik aja."
"Tante!" panggil seorang wanita yang kini sedang menghampirinya.
"Naya?"
"Leon gimana kabarnya?"
Riani menghembuskan nafas berat. "Lagi ditanganin sama dokter. Patah tulang terbuka, ini lagi dioperasi buat menyambung tulang yang patah."
Naya tampak sedih dan tak percaya dengan semua ini.
"Om Fernan?" Tanyanya lagi.
"Lagi di dalam, donorin darah buat Leon."
"Kala... sini dek." Panggil Naya pelan.
Kala menoleh dengan muka sembabnya. Semalam setelah mendengar kabar bahwa Leon kecelakaan, gadis itu tak tidur dan terus terisak di pelukan Riani. Bahkan kedua wanita itu tau, jika Kala sangat menyayangi kakaknya itu. Naya mengambil alih adik dari sahabatnya itu lalu memeluknya. Dia tau jika Riani pasti sangat lelah. Tanpa terasa air matanya menetes sebab mendengar isak tangis Kala yang menyayat hatinya. Tangannya itu bergerak untuk mengelus rambut sebahu milik Kala.
"Tante kalau mau istirahat nggak papa kok. Biar Leon sama Kala Naya aja yang jagain. Aku tau tante pasti capek banget." Ucapnya seraya menatap Riani sedih.
"Nggak papa kok, tante baik baik aja."
Fernan datang lalu duduk di samping Riani. Dia tersenyum kepada Naya sekilas lalu menatap Kala yang tampak begitu sedih.
"Kita sarapan dulu ma." Tawar Fernan pada istrinya, juga pada Kala dan Naya.
"Jam 10, udah lewat waktu sarapan pa. Aku nggak nafsu makan."
"Kala juga." Sela gadis itu sebelum Fernan bertanya.
"Tapi Kala harus makan sayang, mama juga." Bujuk Fernan.
"Iya. Tante, om, sama Kala sarapan aja dulu. Biar Leon Naya aja yang tungguin di sini. Aku udah makan kok. Kala makan dulu ya." Bujuk Naya seraya menangkup muka Kala.
"Tapi Kak Leon..."
"Leon orang yang kuat La, dia pasti bisa lewatin semua ini. Lagipula kalau nanti Leon sadar dan Kala belum makan, nanti pasti Leon marah. Emang nanti Kala mau kalau Leon sudah sadar kamu malah sakit karena nggak makan?" Tanya Naya meyakinkan.
"Kak Naya bener mau jagain Kak Leon sendirian?"
"Iya La nggak papa."
Naya tersenyum meyakinkan Kala dan kedua orang tuanya. Tak lama setelahnya, dokter keluar dari ruang operasi yang langsung dihampiri oleh Riani dan Fernan. Kala yang masih terduduk itu segera menghampiri dokter seraya dan berdiri di samping kedua orang tuanya.
"Gimana keadaan putra saya dok?" Tanya Fernan cemas.