"Dit."
"Hm?" Lebih memilih untuk fokus pada game yang sedang dimainkannya, Adit hanya menjawab sekenanya tanpa menoleh sedikitpun.
"Kenapa? Lo tengkar sama Naya?" Tanya Adit yang tak kunjung mendengar kalimat Leon selanjutnya.
Mendengar itu, Leon menatap ke luar jendela basecam mereka. Tak ingin memperpanjang ucapannya, Leon mengangguk mengiyakan walau sebenarnya dia bingung bagaimana caranya tebakan Adit bisa benar. Melirik Leon yang sedang mengangguk tipis dengan muka galaunya itu membuat Adit tersenyum tipis.
"Galau mulu lo! Udah berapa lama kalian nggak ngomong?"
Lelaki itu menghembuskan nafas berat. "Sehari."
"Kalau lo terlalu lama mendiamkan Naya, jangan salahkan dia kalau nanti lo bakal tergantikan sama yang lain."
Leon menatap tajam sahabatnya itu lalu melempar kabel cas yang ada di sebelahnya ke arah Adit. Mendapati lemparan tiba tiba, Adit melotot dan tak lupa mengumpat.
"Apa?!"
"Kasih solusi kek, jangan malah nakut nakutin!"
"Ya itu solusinya nyet! Temuin Naya terus omongin baik baik, jangan malah ngadu ke gue! Emangnya gue apaan kalau lo cerita ke gue masalah lo selesai?! Udah sono pergi lo! Ganggu gue aja!"
"Kangen gue." Gumam Leon yang masih bisa didengar Adit. Kesal sendiri melihat sahabatnya yang otaknya seakan hilang saat sedang galau itu, dia melempar balik kabel cas Leon mengenai kepala hingga membuatnya mengaduh.
"Kangen, satu kata yang bikin bahagia tapi terasa sakit jika diabaikan. Udah sono temuin orangnya. Jangan cuma bilang kangen kangen tanpa ada usaha! Bohong itu namanya!"
Leon tersenyum tipis mendengar itu lalu menghampiri Adit dan duduk di sampingnya.
"Jomblo malming ngapain ya?"
"Pret! Nggak usah manas manasin gue lo!"
"Semua orang itu diciptakan berpasang pasangan. Tapi kalau lo jomblo dari lahir sampai sekarang, positif thinking aja mungkin jodoh lo udah meninggal."
Mendengar itu, Adit menimpuk kepala Leon tak terima yang malah membuatnya tertawa.
"Pergi lo nyet!"
"Iya iya. Eh lo lihat Raka nggak? Seharian ini kok tumben dia hilang dari pandangan gue?"
"Pergi."
"Ke?"
"Alam baka."
"Serius Dit!"
"Ke rumah neneknya. Katanya lagi sakit." Jelas Adit singkat padat dan aneh. Iya, Adit terlalu aneh untuk disebut manusia-kata Raka.
"Kok dia nggak ngomong sih ke gue?"
"ARGH SETAN! Ya mana gue tau lah emang lo siapanya sampai Raka mau pergi aja harus izin ke lo?!"
Adit mengumpat sebab tak bisa fokus karena diajak bicara oleh Leon sehingga berakhir mendapat kekalahan. Mendengar itu, Leon mengangguk paham lalu segera mengambil tasnya. Setelah pulang dari rumah Naya, dia akan pulang ke rumah untuk menemui Kala dan bermain bersamanya. Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 12.00 tepat.
Setelah mengeluarkan ponselnya, Leon mengetik sebuah pesan singkat yang berisikan ajakan kepada Naya untuk makan siang bersama. Tak lama setelahnya, notofikasi pesan masuk dan menampilkan jawaban dari Naya. Membaca pesan Naya yang menerima ajakannya membuat Leon tersenyum lebar yang membuat Adit bergidik ngeri saat melihatnya. Lelaki itu malah sedang membayangkan jika kini Leon tengah kesurupan atau apalah.
Tak ingin Naya menunggu lama, Leon segera menjalankan motornya menuju rumah Naya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Sesampainya lelaki itu di cafe tempat mereka akan bertemu, Leon mengeryitkan dahinya karena sudah mendapati sosok Naya di sana. Kakinya pun segera melangkah menghampiri wanitanya lalu menepuk pundak Naya pelan.
"Eng, anu Nay aku..."
Leon terkejut saat Naya memeluknya tiba tiba. Senyum tipis terbit di bibir Leon saat Naya mengeratkan pelukan di pinggangnya.
"Aku minta maaf Nay."
"Aku juga Le, maaf karena aku gampang cemburu. Aku cuma nggak mau kamu pindah ke lain hati. Aku takut Le..."
"Ssttt, itu nggak akan terjadi Nay. Aku juga minta maaf buat yang kemarin."