"Kakak kenapa?" tanya Kala bingung melihat kakaknya yang sedari tadi hanya diam.
Biasanya di hari Minggu seperti ini, Leon akan mengajak adiknya itu jalan jalan entah kemana. Tapi hari ini tidak, malahan Leon terlihat seperti orang yang tak memiliki semangat hidup. Tak mendapat jawaban membuat Kala melambai lambaikan tangannya di depan muka Leon untuk memastikan. Leon yang tak menunjukkan respon apapun membuat Kala mencebikkan bibirnya kesal karena sedari tadi Leon ternyata tidak mendengarkannya.
"Kak!"
"Hah iya kenapa sayang?"
"Kakak kenapa sih?"
Leon menghembuskan nafas pelan. "Aku sama Naya break La."
Lagi lagi Kala mengeryitkan dahinya bingung. "Break itu kata halus dari putus kan? Kok bisa?!"
Setelah menghembuskan nafas berat, Leon menceritakan semuanya kepada Kala. Mulai dari Luna, hari itu, Naya yang marah kepadanya, kepergian Luna ke rumah orang tuanya, juga kisah tragis miliknya. Sampai pesan hari itu pun juga Leon ceritakan kepada Kala.
"Oh, baru tau Kala ternyata Kak Leon bisa sedih." Kala tertawa kecil setelah mengatakannya.
"Dih, kamu kira cuma perempuan aja yang bisa sedih? Kamu kira cuma perempuan aja yang hancur kalau digantungin? Kamu kira cuma perempuan yang punya perasaan? Laki laki juga punya perasaan dek, kita juga bisa ngerasa sakit. Cuma kita nggak mau nunjukin itu, karena nggak semua orang bisa menghargai dan jago banget mencaci. Apa salahnya kan kalau laki laki sedih? Namanya juga manusia yang punya perasaan."
"Iya iya Kala tau. Jadi sekarang, gimana?"
"Apanya?" tanya Leon balik, tak faham.
"Ya langkah Kak Leon selanjutnya?"
"Nggak tau."
"Kalau gitu Kakak harus sanggup digantungin lagi kalau nggak ada langkah apapun buat memperbaiki hubungan."
Kala merasa kesal sendiri mendengar jawaban Leon seperti itu lalu meninggalkan kakaknya sendiri di meja makan.
"Eh, dek mau kemana?"
"Mau hitungin semut yang pernah Kala injek!"
***
Leon memutuskan untuk pergi ke basecam dan bertemu Adit. Seraya mengenakan helm full facenya, Leon sedikit berteriak untuk berpamitan dengan Kala yang entah ada dimana sekarang. Lama perjalanan yang ditempuhnya karena sekalian berputar putar di taman kota membuat Leon sampai di basecam satu jam kemudian. Seperti dugaannya, Adit memang berada di basecam saat ini. Entah ada apa dengannya tetapi lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu di basecam daripada di kos kosannya.
Tak mendapati Raka yang sudah seminggu lebih menghilang membuat Leon menghembuskan nafas kesal lalu kembali mengulangi pertanyaan yang sama kepada Adit.
"Raka kemana sih? Udah seminggu lebih loh."
"Bodoamat nyet gue nggak peduli. Palingan juga di rumah neneknya banyak cewek cakep makannya dia nggak balik balik." Jawab Adit asal seraya memainkan game di ponselnya.
"Tapi chat dari gue nggak pernah nyampe ke dia, centang satu bahkan."
"Ya itu derita lo bukan derita gue."
Kesal dengan jawaban yang Adit lontarkan membuat Leon mengambil bantal di sofa yang didudukinya lalu melemparkan dengan sekuat tenaga ke arah Adit. Lelaki yang awalnya sudah badmood itu mengumpat keras lalu menatap tajam Leon yang semakin hari semakin reseh.
"Lo kayak bocil lama lama! Reseh banget!"