Lelaki itu menghembuskan nafas berat lalu memacu motornya sekencang mungkin. Peduli setan dengan orang yang marah karena sikapnya. Merasa sedikit pusing, dia memutuskan untuk berhenti di alun alun kota seraya menikmati udara sejuk sebab langit tampak mendung. Pukul 10 tepat, dan alun alun itu masih tampak ramai. Setelah memarkirkan motor, kakinya melangkah menelusuri jalanan lalu berhenti sejenak sebab melihat penjual minuman yang tak jauh darinya.
"Berapa pak?"
"20 ribu den."
Dia mengangguk lalu menyerahkan selembar uang berwarna biru seraya memberitau supaya pedagang itu mengambil kembaliannya. Matanya menyapu ke segala penjuru untuk mencari kursi kosong yang bisa didudukinya. Beberapa anak kecil tertawa seraya bermain bersama. Senyum tipis terbit di bibirnya saat melihat tawa bahagia itu. Tak ingin berlama lama di sana, kakinya melangkah ke arah jam 2 sebab melihat sebuah kusrsi kosong di sana. Langkahnya terhenti tiba tiba saat dia melihat seorang gadis yang tak asing baginya.
"Kala?"
Gadis itu menoleh lalu tersenyum, sedikit terkejut juga dapat bertemu dengannya di alun alun kota seperti ini.
"Eh, Kak Raka. Kakak kok di sini?"
"Harusnya gue yang tanya gitu ke lo. Lo ngapain di sini? Sendirian aja?"
"Eng, anu Kak itu. Kala lagi lari pagi kok."
"Lari siang maksud lo?" koreksi Raka cepat.
Kala meringis pelan. "Iya iya Kala ngaku deh. Ini tadi Kala kabur dari rumah, ehh maksudnya mau jalan jalan gitu loh tapi sendirian. Lagian Kak Leon juga sibuk."
Raka mengangguk pelan.
"Kak Raka dari mana?"
"Hah?"
"Iya Kak Raka dari mana? Kok Kak Raka jarang main ke rumah lagi sekarang? Lagi marahan ya sama Kak Leon?" tebak Kala yang sayangnya benar.
"Enggak kok. Nih La, minum."
Raka menawarkan minuman yang tadi dibelinya kepada Kala lalu duduk bersama. Entah kenapa, aura Kala yang positif selalu dapat membuat siapapun yang berada di dekatnya merasa tenang. Sama seperti yang Raka rasakan saat ini. Perlahan lahan dia seperti dapat meletakkan sejenak semua masalah dan merilekskan dirinya.
"Mau ikut gue nggak?" tawar Raka pada Kala yang sedang mengotak atik ponselnya.
"Kemana?"
"Em, jalan gitu kemana. Mau nggak?"
"Tapi Kala izin dulu ya sama Kak Leon?"
Sejak saat itu, mendengar nama Leon saja sudah membuat Raka kesal.
"Nggak usah, lagian sama gue juga masa nggak dibolehin?"
Kala tersenyum tipis. "Ayok!"
Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Kala tersenyum tipis lalu menarik tangan Raka untuk segera pergi dari tempat itu. Lelaki itu terdiam sejenak sebelum menaiki motornya. Kenapa semuanya terasa rumit?
"Kak Raka? Kakak sakit?" tanya Kala yang sedikit khawatir.
"Eh, enggak kok. Kamu lagi mau kemana La?"
"Terserah Kakak aja deh."
Seraya menaiki motornya, Raka berfikir sejenak.
"Ke pantai mau?"
"Mau!"