Leon menghembuskan nafas pelan sebab matanya tak bisa terpejam walau dia sudah berusaha sekuat tenaga. Apa dia keterlaluan pada Naya tadi? Lalu masalah dia yang tak sengaja membentak Kala tadi... argh, memikirkannya saja membuat Leon pusing. Sungguh demi apapun dia merasa bersalah pada kedua perempuan itu. Niatnya yang ingin menghampiri kamar Kala mendadak urung sebab dia tau Kala pasti sudah tertidur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
Tak tau harus berbuat bagaimana lagi supaya matanya terpejam, Leon memiringkan tubuhnya ke kanan seraya menatap jam dinding yang terus bergerak. Masih belum bisa memejamkan matanya, Leon memiringkan tubuhnya ke kiri lalu menghembuskan nafas pelan. Kenapa sulit sekali untuk memejamkan mata disaat otak terus bertarung dengan isi pikiran yang ada? Lelah karena tak bisa tertidur dengan cepat, Leon mendudukkan dirinya kesal lalu mengambil ponsel miliknya.
"Dit!"
Lagi lagi Adit harus menjadi sasaran emosi Leon yang sedang frustasi itu. Mendapat telepon saat sedang bermain game membuat Adit mengumpat pelan dan dengan terpaksa menangkat panggilan telepon Leon yang sebenarnya dia tau pasti tidak penting bagi kehidupannya.
"Apaan?! Lo nggak ngantuk apa hah?! Hobi banget nelponin gue jam 1 malem!" Jawab Adit tak kalah galak.
"Suatu hiburan sih, cobain deh."
"You know monkey? Yes, is that you!"
Leon tersenyum tipis mendengarnya.
"Heran gue sama lo nyet! Pagi ngantuk, siang ngantuk, sore ngantuk. Eh giliran malem aja seger bugar. Hidup lo gitu amat elah! Curiga gue sebenernya lo itu anak kelelawar bukan anak manusia!"
Leon membuka mulutnya ingin membalas perkataan julid Adit barusan. Tapi tiba tiba saja Adit kembali menyela untuk menyanyakan tujuan sebenernya dia menelpon malam malam lalu mengancam akan menutup panggilan telepon ini jika Leon lambat.
"Gak bisa tidur nih gue."
"Udah hadep kanan kiri?" Tanya Adit yang menimbulkan keryitan di dahi Leon.
"Udah. Tapi malah makin nggak tenang, gila!"
"Yaudah lah hadap Yang Maha Kuasa aja."
"Setan lo!"
Leon menghembuskan nafas pelan lalu mulai bercerita masalahnya dengan Kala dan Naya. Demi apapun saat mendengar itu rasanya Adit ingin menyumpal mulut Leon dengan sampah. Bagaimana bisa dia berperilaku seperti itu? Jika saja menganiaya orang lain bukan perbuatan keji yang menambah dosa, mungkin Adit sudah mengaiaya sahabatnya itu hingga puas. Kesal juga mendengar cerita Leon hari ini.
"Orang ini lama lama ngeselin ya!"
"Ck, bantuin kek!"
"Breaking news, I don't care!"
Leon mengacak acak rambutnya frustasi.
"Ini ada sesi baku hantamnya nggak sih? Tolong jangan diselesaiin secara kekeluargaan. Gue lagi haus keributan."
"Sory sory, sebenernya gue tuh nggak suka keributan Yon. Tapi kalau bukan gue yang ribut, gue suka. Pake banget lagi." sambungnya.
Lagi lagi Leon menghembuskan nafas pelan mendengar kata kata Adit barusan. Ya walau harus menelan rasa kesalnya supaya tidak memukul sahabatnya itu, Leon selalu dibuat terkejut sebab saran yang diberikannya terkadang di luar dugaan dia. Walau memang harus melalui proses julid menjulid dulu yang bisa saja sangat panjang apalagi jika Adit terdengar kesal seperti saat ini.
"Sini nak suntik mati dulu. Kamu terlalu stupid untuk hidup. Otak hasil tuker kado nih pasti. Waktu pembagian muka aja dateng paling cepet, giliran pembagian otak malah ditinggal berak. Dapet barang bekas kan!"
"Udah puas?" Tanya Leon dengan nada kesal.
"Tahan tahan, jangan ngomong kasar tahan, tetap rileks, sabar kamu pasti bisa, senyumin aja nggak boleh ngatain. Oke udah, sekarang lo bilang deh inti masalahnya ada dimana?"
"Di-"
"YA LO MASALAHNYA SETAN! MIKIR LAH!"
Leon terlonjak sebab terkejut karena Adit yang ngegas tiba tiba seperti itu.
"Jadi sekarang lo minta maaf dulu ke Kala. Mohon, sampe sujud juga kalau perlu biar Kala maafin. Ini semua emang salah lo ya nyet! Kalau udah clear tuh masalah lo sama Kala, lo harus pergi ke rumah Naya buat minta maaf dan pertahanin hubungan kalian. Bisa bisanya lo kayak gini cuma karena orang ketiga, cuma karena Luna. Perbedaan pendapat itu selalu ada di tiap hubungan, yang kalau lo nggak siap dengan itu ya sekalian lo nggak usah punya pacar aja!"