SUNRISE

Kala Hujan
Chapter #27

27 | orang misterius #2

"Jadi, lo beneran mau putus atau lanjut sama cowok sialan itu?" Tanya Luna yang tak berniat memalingkan muka dari ponselnya.

Leon sudah pulang 10 menit yang lalu, tentunya dengan paksaan Luna yang memaksa lelaki itu untuk pulang sebab hari sudah mulai larut. Dengan alasan tak baik lelaki yang tak memiliki hubungan darah menjaga seorang wanita di rumah sakit, juga berkata jika ada suster dan dirinya yang akan menjaga Naya, Luna pun akhirnya berhasil mengusir lelaki itu jauh jauh dari pandangannya. Keduanya menghembuskan nafas berat.

"Nggak tau. Aku nggak bisa milih antara kamu atau Leon Lun."

"Baguslah kalau lo masih inget gue."

"Maaf."

"Ck, udah berapa kali gue bilang jangan dikit dikit minta maaf ke orang lain. Lo nggak capek apa dimanfaatin sama orang?" Luna berdecak sebal sebab sahabatnya yang satu ini batu sekali jika diberitau.

"Lah harusnya aku bersyukur Lun karena hidup aku bermanfaat buat orang lain."

Luna menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya hari ini. Sungguh, dia rasanya ingin sekali menggeplak kepala Naya jika saja luka di kepalanya tidak separah ini. Naya menunduk menatap pergelangan tangannya yang dililit selang infus lalu tersenyum ke arah Luna. Disenyumin seperti itu oleh Naya membuatnya bergidik ngeri lalu berdicih pelan.

"Lo nggak sawan kan?"

Naya menggeleng. "Makasih."

"Buat?"

"Karena kamu udah belain aku di depan Leon tadi Lun. Aku seneng ternyata kamu masih peduli."

Luna memutar bola matanya malas. "Dih, nggak usah kepedean! Di dunia ini nggak ada yang boleh nistain dan nyakitin lo kecuali gue, paham?"

"Nggak papa, itu juga udah cukup kok buat buktiin kalau kamu masih peduli sama aku."

***

Leon menghembuskan nafas berat lalu menendang kaleng minuman di sampingnya. Sebenarnya saat ini dia masih di halaman rumah sakit dan tak berniat untuk pulang, hanya saja mendengar suara Luna membuatnya muak dan memilih untuk menitipkan Naya bersamanya. Dia bingung, apakah Luna yang ditemuinya hari ini adalah Luna yang dahulu begitu terobsesi kepadanya? Kenapa sikapnya berbeda sekali? Lelah menjalani hari ini, lelaki itu memutuskan untuk menaiki motornya dan menelpon Adit terlebih dahulu. Kesal karena Leon selalu menguhubunginya malam malam begini, Adit mengumpat keras begitu sambungan telepon mereka tersambung.

"Apaan?!"

"Naya, dia di rumah sakit. Semalem habis dari rumah gue, Rega nemuin dia pingsan. Luna juga ada di sini, dia kayak iblis yang sepertinya bakal ngelakuin apapun buat ngejahuin gue dari Naya-"

"Ya iyalah setan! Gue kalau jadi Luna juga bakalan gitu, udah gue ajak one by one bahkan. Lo sih, makannya otak tuh dipake!"

"Iya iya gue mikir dulu bentar."

"Nggak usah mikir, otak lo nggak ditakdirin buat dipake. Cuma buat pajangan aja itu biar kepala lo bulet!"

"Lo tuh ya kalau nggak punya hati setidaknya pakai tuh otak. Realistis dikit kenapa sih? Mau sampai kapan lo nyakitin Naya kayak gini? Orang ini nih pasti otaknya lagi melayang entah kemana!"

Lihat selengkapnya