SUNRISE

Kala Hujan
Chapter #29

29 | Luna dan Kala

Kala segera berlari dan memasuki kamar inap Naya. Meninggalkan Leon sendirian di belakang yang kini sedang tersenyum tipis. Ini yang pacarnya Naya sebenarnya siapa sih? Setelah mengetuk pintu dan mendapat jawaban untuk masuk saja, Kala segera membukanya lalu menyelinap masuk, dengan keranjang besar berisikan buah buahan di pelukannya. Gadis itu bahkan tak membiarkan Leon untuk membantunya. Sedari tadi dia bersikeras dan berkata akan membawanya sendiri. Yah, mau tak mau Leon hanya bisa menuruti permintaan adiknya itu.

Sesampainya mereka di dalam, Luna mengeryitkan dahi saat melihat Kala yang tampak begitu akrab dengan Naya. Dimana setelah masuk, dia langsung meletakkan keranjang buah itu di nakas lalu memeluk Naya yang juga terlihat senang saat melihatnya. Tapi tatapan mata gadis itu seketika menjadi dingin saat Leon memasuki kamar inap Naya. Mereka saling pandang sekilas, melemparkan tatapan tajam hingga Leon memutuskan kontak mata dan segera menghampiri Kala.

"Kak Naya kenapa?" Tanyanya khawatir.

"Nggak papa kok La, mungkin beberapa hari lagi juga udah dibolehin pulang."

"Maaf." Sela Leon merasa bersalah kepada Naya.

"Nggak papa Le, beneran."

"Ekhem."

Luna berdehem pelan sebab sepertinya keberadannya di sini tak begitu dipedulikan. Devinisi dari ada tapi tak dianggap, bagai makhluk tak kasat mata saja dirinya yang sedari tadi duduk di sofa diacuhkan begitu saja. Kala menoleh lalu segera menghampiri Luna di sudut ruangan. Leon yang ingin mencegah adiknya itu mengurungkan niat sebab lengan Naya yang dililit infus itu mencekal lengannya seraya menggeleng pelan.

"Kak, kenalin, aku Kala. Adiknya Kak Leon. Kakak pasti Kak Luna kan?" Ucap Kala memperkenalkan diri seraya menyodorkan tangannya untuk berhabat tangan.

"Ck, nggak usah pakai acara jabat tangan segala!"

Kala mengangguk pelan lalu duduk di sampingnya.

"Siapa yang kasih lo izin buat duduk di sini?!"

"Luna!" Sela Naya cepat sebab tak seharusnya Luna bersikap seperti itu kepada Kala.

"Boleh kan?" Tanya Kala memastikan.

"Ck, iya boleh!"

Kini Leon dan Naya saling pandang. Sebenarnya mereka ingin bicara, hanya saja keberadaan Kala dan Luna membuat keduanya menjadi canggung bahkan untuk saling menyapa. Melihat itu pun Luna memutar bola matanya malas lalu berdiri dari posisinya. Seraya memasukkan sebelah tangannya di saku, dia menoleh ke arah Kala.

"Kita bisa bicara?"

Kala mengeryitkan dahi mendengar kalimat Luna barusan lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Sama Kala?"

Luna mengangguk pelan lalu menunjuk pintu dengan lirikan matanya. Kala pun segera keluar terlebih dahulu dari kamar inap Naya yang kemudian segera disusul oleh Luna. Tapi wanita itu menghentikan langkah saat Leon mengancamnya dengan suara rendah. Bukannya takut, Luna malah tersenyum tipis lalu membalikkan badan.

"Lo sakitin Kala, mampus lo sama gue!"

"Tenang aja sih, gue bukan orang brengsek kayak lo yang tega nyakitin hati orang lain. Kayak yang gue bilang tadi, gue cuma mau bicara sama dia."

Setelah mengatakan kalimat barusan dengan santainya, Luna segera menyusul Kala yang ternyata ada di halaman taman rumah sakit. Wanita itu duduk di samping Kala yang menyodorkan minuman kepadanya. Setelah menghembuskan nafas berat, Luna menatap Kala serius yang kemudian menimbulkan keryitan bingung di dahi gadis itu.

"Kenapa Kak?"

"Nggak lo kasih racun kan?"

Lihat selengkapnya