Aku, Adeline Soetomo.
Bukan pilihanku sebenarnya menjadi perawan tua pengangguran, yang kerjanya hanya membaca novel sambil rebahan di kasur dari subuh sampai sore.
Bukan keputusan ku juga jadi anak orang kaya dengan status perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, diapit kakak dan adik yang bisa dibilang jauh lebih sukses daripada aku, si anak tengah.
Kakak ku, sang sarjana hukum. Sudah berkeluarga, punya istri dokter dan sudah punya buntut tiga, yah... Lumayan enak untuk jadi bahan pembicaraan mama di arisan sosialitanya. Si Sulung yang membanggakan.
Adik ku, masih SMA kelas 3 tapi sudah punya penghasilan lebih dari 5 juta sebulan dari hobinya main game serta Subscribers Youtubenya yang 500 rbu lebih itu. Cukup bagus juga untuk mama banggakan di update-an IG-nya sekedar buat Post tas branded hasil pemberian si Bungsu. Walau aku lebih melihatnya sebagai exploitasi anak.
Sebagai anak perempuan satu-satunya, harusnya aku adalah tuan putri di rumah besar ini, anak yang paling disayang juga yang paling dimanjakan, tapi pada kenyataannya nasibku tidak beruntung, apalagi dengan predikat pengangguran yang sudah ku sandang semenjak lulus kuliah dan sudah menjadi sarjana ekonomi. Aku jadi bulan-bulanan mama ku karena dianggap tidak memanfaatkan gelar dan hanya bisa membuang-buang uang.
Yah, mama memang seperti itu. Ku akui walaupun cerewet dan agak menjengkelkan, mama tetap ibu yang luar biasa, percayalah! Aku menyayanginya walau sulit untuk menampakkan rasa sayang ku disaat setiap hari harus saling beradu urat dengan mama. Tapi tetap saja, se jengkel apapun aku pada mama, tidak ada alasan bagiku untuk membencinya. Kalau dipikir-pikir semua juga dia lakukan untuk kebaikan ku. Agar aku stop menjadi generasi rebahan.
Tapi sekali lagi, ini juga bukan pilihanku!
Mama juga yang pertama mengusulkan ku masuk Ekonomi padahal aku suka sastra. Niatnya sih agar aku bisa jadi penerus perusahaan papa. Tapi... Come on! Sejak kapan sih penerus itu perempuan?
Aku tidak pernah berharap jadi wanita karir yang hanya duduk di balik meja kerja seharian, aku suka petualangan, traveling, dan segala hal yang berbau out door. Itulah juga salah satu alasan kenapa sampai sekarang aku menganggur dan selalu memakai kata 'nanti' setiap kali mama memintaku untuk bekerja di perusahaan Papa. Ku pikir, kenapa buru-buru, toh Papa masih sanggup kok mengelola perusahaannya walaupun itu juga menjadi alasan kenapa mamaku jadi kurang kerjaan dan sering sok mengurusku secara berlebihan, padahal aku tau ia hanya kesepian karena Papa terlalu sering keluar kota.
Oke! Oke! Yang bagian itu memang salah ku, tapi tidak semudah itu juga kan mengambil alih perusahaan? Bukan hanya sekedar lulus kuliah saja, tapi soal kesiapan lahir dan batin.
Mungkin suatu saat nanti aku akan melunak dan mencoba apa yang disuruh mama. Tapi seperti kataku, itu masih 'nanti'.
"Duh! duh! Tuan putri bangun juga akhirnya..."
Salah satu rutinitas pagi ku, sarapan dengan menu Omelan mama.