SUNSHINE

Nor Laila
Chapter #5

Bagian 5

Sebuah rekor lagi, hari ke dua bekerja aku bangun pukul enam pagi, siapa yang bisa percaya? Aku aja masih nggak percaya, apa benar ini adalah aku, Adeline?

Lagi-lagi bukan karena aku antusias untuk kembali ke Kafe itu, bahkan tadi malam masih sama, mimpi-mimpi aneh tentang Kafe itu masih mengganggu ku, bahkan mimpi ku tadi malam semakin tidak masuk akal.

Mbak Mita berubah jadi Mr.Puff, Kafe kebanjiran, Fajar itu Vampir. Fajar? Kenapa juga aku harus bermimpi tentang dia? Kan, aneh!

Kalau dilihat dari bagaimana sulitnya aku untuk tidur harusnya aku bangun paling tidak jam sepuluh lah, eh boro-boro, jam lima pagi mataku sudah tidak bisa nutup lagi, melek sempurna kaya ada tongkatnya. Kan, kesel!

"Kalau gini, kan mama liatnya adem, anak perempuan mama satu-satunya ikutan sarapan bareng, udah lama banget nggak liat wajah Adel dibawah jam delapan." Suara Mama membuat ku mempercepat kunyahan ku. Inilah salah satu alasan kenapa aku selalu menghindari sarapan pagi, Meja makan itu sudah seperti panggung bagi mama untuk mem-bully ku.

"Masak apa Ma?" Dery menengok ke arah mangkuk besar yang baru Mama letakkan diatas meja.

"Sayur lodeh, kesukaan Papamu."

"Sarapan itu jangan yang berat-berat dulu lah Ma makanannya, nanti Papa malah ngantuk di kantor." Aku menyahut.

"Kamu anak kecil tau apa? Malah sarapan itu harus makan berat biar banyak energinya, nggak kayak kamu, sarapan, makan siang, makan malam, roti... Mulu, pantes aja tuh pinggang udah hampir putus, badan kok kurus gitu kaya lidi, cowok juga pada kabur Del liat kamu."

Ujung-ujungnya body shaming lagi, kan? Nggak di sekolah, di kampus, eh dirumah juga, masih dibully, sama Mama sendiri lagi.

Aku malas menggubris, melainkan hanya memutar mataku.

"Oh ya Ma, ini uang Dery bulan ini, Mama tolong simpenin ya." Dery mengeluarkan amplop coklat yang terlihat sangat gendut dari tasnya.

Mulai deh nih curut, pasti mau pamer.

"Waahhh Alhamdulillah, anak bungsu Mama emang the best pokoknya." kata Mama sambil meraih amplop coklat itu, lantas membukanya dan terlihat semakin berbinar saat melihat isinya.

"Iya Ma, Subscribe channel Dery naik Minggu ini, jadi uangnya nambah juga."

"Rezeki anak Sholeh emang ya, Mama doain semoga anak Mama ini tambah sukses pokoknya." Mama mengacak-acak poni Dery yang ala-ala Oppa Korea itu. Si bungsu tersenyum bangga, sedang aku hanya mengernyit jijik, hampir memuntahkan roti di mulutku, selain ratu drama, mama juga lebay, cocok banget sama Dery yang emang gila pujian.

"Adeline! Kamu juga udah supkreb channel adik mu, kan? Nggak bisa ngasih apa-apa ya beri dukungan dong sama Dery." Cerca Mama, aku mendengus, ngeja Subscribe aja masih salah.

"Ngapain! Channel nggak penting gitu, isinya bocil pada ngebacot doang!" sahut ku agak ngegas.

"Biarin Ma, orang sirik emang gitu." sahut Dery sibuk mengisi piringnya.

"Ya seenggaknya adikmu menghasilkan sesuatu, kalau kamu apa coba? Bikin yang kayak gitu juga susah, kan Der" Mama bertanya diikuti anggukan Dery.

"Alaaahhh, channel gitu doang, Adel juga bisa, kalau Adel serius mungkin dari dulu juga udah jadi beauty Vlogger."

Mama menyemburkan tawa seketika. "Beauty Vlogger Del? Ngaco kali ah! Bikin alis aja belum bisa sok mau jadi gituan! Jangankan bedakan, mandi aja masih malas, ada-ada aja ah!"

Dery ikut tertawa, bahkan mengajak Mama untuk tos-tosan. Aku merenggut, ini pertama kalinya setelah sekian abad aku ikut sarapan pagi, dan Mama sepertinya pandai memanfaatkan situasi. Salah ku juga sih, kenapa juga aku bilang beauty Vlogger, kenapa nggak bilang channel nangkap hantu atau mukbang aja, kan lebih masuk akal.

"Pa....!! Liat Mama deh!" Terpaksa aku mengeluarkan senjata andalan, yaitu merengek pada Papa, dari pada membiarkan sejak tadi Papa hanya berperan sebagai penonton saja dan lebih tertarik membaca koran daripada menegur Mama.

"Mama!" Suara Papa terdengar, hingga membuat Mama dan Dery langsung terdiam gugup. Seketika bunga-bunga seperti bermekaran di dadaku, Papa pasti bakal bela aku deh!

"Makanan Papa mana?" Papa tersenyum lebar sambil menaruh kaca matanya dimeja.

Mama yang tadinya tegang ala-ala sinetron India, kini sudah mengembuskan napasnya lega.

"Oh! Oh! Ini Pa, Mama ambilin ya..."

"Aaiiisssshhh!! Papa Ih!" Aku semakin menekuk wajahku.

"Tutup kuping aja Del." sahut Papa setengah berbisik, dan aku sudah tidak tahan untuk tidak segera beranjak dari meja makan.

"Aku berangkat aja deh kalau gitu!" Aku bangkit, tak lupa sedikit menghentakkan kaki ke lantai.

"Eeeiittss! Mobil Mama jangan dibawa ya!" Suara Mama menahan langkahku.

"Eh, kok gitu sih Ma?"

"Mama hari ini mau nyalon."

"Nyalon lagi? Naik taksi aja deh."

"Kamu aja sana yang naik taksi, itu, kan mobil Mama."

"Kejam banget sih, udah kaya ibu tiri." Aku sontak ngedumel dan dapat pelototan dari Mama.

"Ikut mobil aku aja Kak." Dery menawari.

Lihat selengkapnya