Aku melongo sesaat setelah memarkir motor Vespa ku di parkiran, bingung melihat begitu banyak orang yang berkeliaran didepan Kafe, Beberapa orang bahkan menurunkan beberapa barang dari sebuah motor box.
Aku melihat jam, dan jelas ini belum waktunya buka, tapi Kafe sudah terlihat sangat sibuk.
Dengan segudang rasa penasaran aku melangkah cepat menuju pintu masuk Kafe, melewati beberapa orang yang membawa benda-benda yang terbuat dari sterofom.
Saat Pitu Kafe ku buka, bunyi gemerincing bel langsung terdengar dari bel yang berada diatas pintu, dan seketika gerombolan itu memandangku bersamaan.
Aku menahan langkah, menunggu kalau mungkin ada yang mau menjelaskan situasi ini. Keramaian, dan alasan semua karyawan berkumpul ditengah ruangan saat ini.
Tanpa dikomando mataku mencari sosok Mbak Mita, yang agak tertutupi tubuh-tubuh besar karyawan yang bergerombol didepannya. Dan hanya dengan melihat sedikit ujung kaca matanya, aku merasa lega.
"Mbak Adel! Ayo gabung!" Mbak Mita melambai-lambai, berusaha menampakkan wajahnya yang tertutupi bahu seorang laki-laki.
Aku tersenyum kecut sambil menggenggam tali tas selempang ku, lalu berjalan kikuk dengan tatapan semua orang yang masih tertuju padaku.
"Tepat waktu, kami lagi meeting." kata Mbak Mita saat aku sudah sampai disisinya.
"Meeting?" Aku mengerutkan dahi. "Meeting apa? Kok aku nggak tau ada meeting hari ini?" kataku dengan nada bingung sekaligus kesal. Maksud ku, aku kan owner, harusnya akulah yang pertama kali tau tentang hal semacam ini, setidaknya aku bisa datang labih awal untuk kesan yang lebih baik.
Semua orang saling pandang, dan Mbak Mita mengernyit, menjinjit lalu berkata pelan. "Aku udah kasih tau Mbak Adel kok sejak Minggu lalu.."
Aku terkejut. "Oh." kataku agak gugup, apa benar aku sudah diberi tahu? Jadi aku sudah diberi tahu tapi lupa, lalu sok marah-marah gitu? Astaga naga!!!
"Ah... Mungkin karena Mbak Adel banyak kerjaan jadi lupa." Mbak Mita tertawa kecil mencoba mengalihkan perhatian berpuluh pasang mata yang kini tengah memperhatikan ku bingung.
Mbak Mita bertepuk tangan keras satu kali. "Jadi guys! Seperti yang tadi aku bilang, hari ini kita nggak akan buka cepat, mungkin sekitar pukul 7 malam tapi kita harus mempersiapkan segalanya mulai dari sekarang... "
Suara Mbak Mita terus bergema, tapi aku tidak bisa begitu fokus lagi, hanya berusaha mencari kursi terdekat untuk duduk dan melancarkan jalan napasku yang tercekat.
Saat Mbak Mita begitu cekatan dan juga loyal dalam menjelaskan hal-hal yang harus karyawan lakukan, aku baru menyadari apa yang aku lewatkan.
Ternyata memang hari ini Kafe sudah dibooking untuk acara ulang tahun oleh salah seorang anak pengusaha. Mbak Mita benar, mereka sudah membicarakannya satu minggu yang lalu, hanya saja aku tidak begitu memperhatikan detailnya, hingga akhirnya tidak ingat sama sekali dengan hari penting seperti ini.
Aku kembali teringat pada pembicaraan ku dengan Mas Radit tadi pagi, tentang Kafe ini yang akan sepenuhnya jadi milikku dan tanggung jawab yang di minta Mas Radit terhadap ku, awalnya kukira tidak akan sesulit itu, tapi setelah mengetahui keteledoran ku barusan, rasanya aku malu dan merasa tidak punya kemampuan hanya untuk menjadi Owner yang baik.
Saat aku terus merutuki diri sendiri, terasa ketukan ringan di tanganku yang terkepal diatas meja. Seperti ketukan di pintu, meminta genggaman tanganku terbuka.
Aku agak terkesiap melihat sosok Fajar sudah duduk dihadapan ku, tersenyum.
Aku melirik Mbak Mita yang masih terus berbicara, dan kembali menatap Fajar, ia masih tersenyum seakan ingin mengatakan sesuatu lewat senyumannya itu.