Sreeetttttt....
Terdengar suara gorden terbuka, silaunya cahaya Matahari yang masuk ke dalam kamar, perlahan-lahan membuka mataku yang sayu ini. Nampaknya hari ini aku bangun lebih telat dari hari-hari sebelumnya. Karena aku lihat, Bumi sudah tidak gelap lagi oleh terangnya sinar Matahari. Mata ini memandang lurus ke arah Bunda yang sedang berdiri di dekat jendela, sambil melempar senyum manisnya kepadaku yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur.
Di dalam sebuah kamar yang disulap menjadi sebuah ruang ICU rumah sakit, dengan berbagai alat-alat medis yang cukup lengkap. Aku terbaring di sebuah tempat tidur yang bernuansa serba bunga Matahari. Namun keadaanku saat ini sangat mengkhawatirkan, bisa dibilang kritis. Yang hidupnya kini tergantung pada alat-alat medis yang menempel di beberapa bagian tubuhku.
Sudah lima hari aku bagaikan mayat hidup seperti ini, yang bisa kulakukan hanya mengedipkan mata saja, tanpa bisa menggerakkan satu pun dari bagian tubuhku.
“Selamat pagi, Sayang...” sapa Bunda sambil menghampiriku, lalu mencium keningku dengan penuh kasih sayang.