Hari ini Citra, Ririn dan Friska mengajakku pergi jalan-jalan ke Dunia Fantasi (Dufan) tempat yang sama sekali belum pernah aku datangi sebelumnya. Jangankan untuk bermain atau menghabiskan waktu di luaran seperti ini, keluar rumah sebentar pun, Bunda sama sekali tidak pernah memberikan izin. Jadi, aku bahagia, dan sangat bahagia bisa mendatangi tempat yang sama sekali belum pernah aku datangi. Bahkan aku sempat bilang ke mereka, jika Bunda mengijinkan, aku sangat menginginkan bisa pergi ke suatu tempat dan merasakan berada saat pergantian musim. Entah musim semi, musim gugur, atau musim salju. Namun aku sadar, semua itu sangat mustahil.
Sudahlah lupakan dulu apa yang belum pasti, nikmati apa yang sekarang ada di depan mata. Bersama ketiga sahabatku, aku mencoba berbagai permainan yang ada di sana, meski tidak semua wahana dapat aku coba. Karena aku tidak mau kalau mendadak penyakitku kambuh dan merusak liburan kita hari ini, itu makanya aku hanya jadi penonton saja untuk wahana-wahana yang menurutku extreme. Sesekali saat berjalan sambil keliling-keliling ada saja cerita dan kelucuan yang ketiga sahabatku buat, sehingga tercipta tawa yang lepas, seakan-akan dunia ini hanya milik kita. Ya, inilah hidup, hidup yang selama ini aku inginkan. Dimana aku bisa bebas berekspresi dan tertawa lepas tanpa beban.
Setelah hampir setengah hari bermain, kita pun memutuskan untuk pulang. Tapi pada saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba saja aku mendengar perut Friska mengeluarkan bunyi aneh, nampaknya cacing-cacing di perut Friska lagi pada demo, hehehe.
“Waduh... suara apaan tuh? keras banget. Lo laper, Fris?” tanya Ririn.
Ternyata bukan aku saja yang mendengar itu, nampaknya Citra dan Ririn pun mendengar bunyi yang ternyata berasal dari perut Friska.
Friska ngangguk sekaligus merasa malu.
“Emmmhhh... pantes aja tuh cacing-cacing di perut lo pada protes gitu. Udah kaya demo pengen naik gaji aja,” ujar Citra ngeledek.
“Iihhh... apaan sih lo, Cit.” Friska merasa malu.
“Ya udah kalau gitu, kita cari makan yuk. Sekalian kita makan siang,” usulku.
Mereka bertiga pun menganggukkan kepala.