Malam ini cukup jadi malam yang tidak baik untukku. Tiba-tiba saja saat aku sedang tiduran sambil menghayalkan wajah tampan ka Deva, ka Sandra masuk dengan wajah garangnya yang tampak seperti seekor singa yang akan menerkam sang mangsa. Ka Sandra melemparkan gitar kesayangannya dengan kondisi senar yang berantakan ke atas tempat tidurku. Ka Sandra pasti marah besar kepadaku, karena senar gitarnya putus. Sore tadi tanpa sepengetahuan ka Sandra, aku meminjam gitar ka Sandra untuk latihan bermain gitar. Inginnya aku izin terlebih dulu, namun saat itu ka Sandra belum pulang kuliah. Dan waktu aku sedang menggunakannya, entah kenapa tiba-tiba senar gitar ka Sandra putus.
"Pasti elo kan yang ngerusakin gitar gue!" bentak Ka Sandra kepadaku.
Ingin rasanya aku mencoba untuk menjelaskan kepada Ka Sandra, alasan kenapa gitarnya bisa jadi seperti itu. Namun, Ka Sandra yang terus ngomel sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk bicara. Ka Sandra terlihat amat sangat marah kepadaku, sampai-sampai Ka Sandra langsung pergi ke kamarnya setelah memarahi aku dengan amarah yang masih menggunung di dalam hatinya. Aku mencoba mengikuti Ka Sandra ke kamarnya, yang posisinya bersebelahan dengan kamarku, sambil terus meminta maaf selama berjalan menuju kamar Ka Sandra. Namun Ka Sandra sama sekali tidak merespon kata maafku, dia hanya diam seribu bahasa. Ka Sandra duduk di atas tempat tidur, dan aku berdiri lima langkah tepat di hadapannya. Namun entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja rasa sakit di kepala ini mendadak muncul lagi.
"Keluar lo! maaf lo gak berarti."
"Ka... aku janji bakal betulin gitar Kakak. Tapi Kakak harus maafin aku dulu ya!" pintaku sambil mencoba menahan rasa sakit yang semakin terasa menyerang kepalaku.
Namun Ka Sandra sama sekali tidak merespon ucapanku. Dengan rasa sakit yang semakin terasa hebat, aku masih tetap berdiri di hadapan Ka Sandra dan menunggu maaf darinya. Namun, sakit di kepala ini tidak bisa diajak kompromi, tubuhku dibikin sempoyongan sampai kehilangan keseimbangan dan akhirnya aku jatuh terduduk di lantai. Entah apa yang ada di pikiran Ka Sandra saat itu, yang jelas secara reflexs saat aku terjatuh tadi Ka Sandra langsung menghampiriku, seakan-akan Ka Sandra khawatir dengan keadaanku.
"Ekh... lo kenapa, sih?" ujar Ka Sandra jutek sambil mencoba membantu aku untuk berdiri dan mengajakku melangkah menuju ke tempat tidurnya.
"Ka, kalau gak keberatan bawa aku ke kamar aja ya, Ka!" pintaku kepada Ka Sandra sambil mencoba menahan sakit di kepala ini yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
Dengan sedikit terpaksa, Ka Sandra merangkul aku dan memapahku berjalan menuju ke kamarku, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kamar Ka Sandra. Rasanya aku ingin cepat sampai di kamar dan segera merebahkan tubuh ini di atas tempat tidurku. Ka Sandra pun membukakan pintu kamarku, lalu membawa aku yang terus meringis kesakitan masuk menuju tempat tidur, kemudian Ka Sandra merebahkan tubuhku di atas tempat tidur.
"Nyusahin banget sih lo!" keluh Ka Sandra yang sedikit kecapean, setelah membantu aku masuk ke dalam kamar.
Dengan muka juteknya, Ka Sandra langsung mencoba membalikan badannya dan hendak pergi seolah-olah tak peduli kepadaku. Namun sebelum sempat melangkahkan kaki, aku mencoba meraih tangan kanan Ka Sandra lalu menahannya sejenak .
"Makasih ya, Ka... tolong jangan kasih tau siapa-siapa ya kalau sakit ini datang lagi. Apalagi Bunda..." pintaku memohon kepada Ka Sandra.