Pagi yang cukup indah bagiku. Karena setibanya di kampus, aku kembali di suguhkan oleh wajah tampan ka Deva, yang menebar senyum paling manisnya kepadaku, saat berada di halaman kampus dan tidak sengaja berpapasan denganku.
“Mungkin kita jodoh,” batinku.
Karena sudah beberapa kali aku selalu dipertemukan dengan ka Deva. Kepedean, pasti lah. Aku rasa, aku memang mulai menyukai ka Deva, jadi aku pasti berharap berjodoh dengan ka Deva. Entahlah, semenjak bertemu dengan ka Deva, hatiku ini sering berdebar tidak menentu, kadang berbunga-bunga, kadang kaya genderang mau perang kalau kata Dewa 19 hehe. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta? Mungkin. Maklum saja, aku tak pernah tau apa itu Cinta, dan bagaimana rasanya jatuh cinta. Ingin rasanya aku bertanya pada Bunda, namun aku malu. Takut Bunda malah menertawakan aku. Ingin rasanya curhat sama ka Sandra, yang pastinya sudah tau jawaban tentang rasa apa yang sedang aku rasakan sekarang ini. Namun sayang, ka Sandra entah pergi kemana.
Untung aku punya Citra, sahabat yang bisa mendengarkan curhatan isi hatiku. Yang sedang merasakan perasaan yang aneh pada seorang pria yang identitasnya masih aku rahasiakan. Meski belum tau laki-laki mana dan siapa yang aku maksud, ternyata Citra sangat mensuport aku untuk mendapatkan cinta pertamaku. Ya, meski aku tau ka Deva belum tentu punya perasaan yang sama. Namun aku tetep semangat, semangat untuk memperjuangkan cinta pertamaku.
Semakin hari, aku semakin sering bertemu ka Deva. Ya walau harus berbohong dan mencuri-curi kesempatan dari tiga sahabatku. Karena aku masih merasa malu jika mereka tau aku sedang tertarik pada seorang laki-laki. Ka Deva selalu meluangkan waktu, untuk sekedar ngobrol-ngobrol bersamaku saat berada di kampus. Semua itu cukup membuat aku semakin merasa dekat dengan ka Deva.
Hingga suatu hari aku sudah tidak merasa malu untuk mengajak ka Deva pergi nge-date. Aku sempat pesimis kalau ka Deva bakal merespon positif ajakanku, namun sangat di luar dugaan. Ternyata ka Deva mau menerima ajakanku. Sungguh bahagia yang tidak terkira yang dirasakan oleh hatiku saat itu.