Sunshine (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)

Widhi ibrahim
Chapter #18

Part 3

Sore itu, dimana menjadi hari ke dua aku terbaring lemah di tempat tidur setelah sempat melakukan satu kali cemotherapy. Efek yang ditimbulkan sangat tidak enak. Aku jadi sering muntah-muntah, dan rambutku pun mulai rontok. Aku sempat merasa sangat down dengan kondisiku sekarang, namun kesetiaan Bunda menemani dan semangat Bunda yang tiada henti membuatku tidak memperdulikan semua itu. Aku hanya tak ingin semakin membuat Bunda khawatir.

Dan sungguh tidak disangka, di hari ini juga ka Sandra kembali pulang ke rumah. Menurut cerita ka Hans, perlahan ka Sandra masuk dan berjalan menghampiri ka Hans, yang sedang duduk di ruang depan sambil membaca buku. Ka Hans langsung meletakkan buku yang sedang ia baca setelah menyadari kehadiran ka Sandra di hadapannya.

“Akhirnya kamu pulang juga,” ujar Ka Hans. 

Ka Sandra duduk di samping Ka Hans, matanya terlihat berkaca-kaca seakan-akan ada sesuatu yang ingin Ka Sandra ungkapkan kepada Ka Hans.

“Segitu bencinya kamu sama Hanin sampe harus pergi dari rumah ini,” lanjut Ka Hans.

Ka Sandra malah semakin terlihat sedih.

“Enggak Ka, aku sayang banget sama Hanin... sayang banget.”

“Terus kenapa sikap kamu selama ini kasar sama Hanin?”

“Aku sengaja bersikap seperti itu Ka, karena aku ingin bisa membenci dia. Aku cuma pengen saat Hanin bener-bener pergi ninggalin kita nanti, aku tidak akan terlalu merasa kehilangan, Ka.” Tangis ka Sandra pecah.

Ka Hans pun memeluknya dan mencoba menangkan Ka Sandra.

“Kita semua sayang sama Hanin, kita semua gak mau kehilangan Hanin,” kata Ka Hans sambil meneteskan air mata. “Maafin kakak karena udah salah menilai kamu. Kita semua sayang sama Hanin, kita cuma pengen yang terbaik untuk dia,” lanjut Ka Hans sambil memeluk Ka Sandra semakin erat.

***

Hari ini keadaan tubuhku sedikit membaik, namun aku masih belum bisa meninggalkan tempat tidur karena tubuhku yang masih lemas. Bahkan aku mulai membutuhkan oksigen untuk bernafas lega.

Saat dalam keadaan sadar tak sadar karena pengaruh obat tidur, aku merasakan ada seseorang yang menggenggam erat tanganku. Lalu aku mendengar orang itu menangis. Ternyata itu suara ka Sandra.

“De... Kakak pulang. Kakak kangen banget sama kamu. Kamu bangun ya, jangan tinggalin Kakak. Kakak janji gak akan bentak-bentak kamu lagi, Kakak janji bakal ajarin kamu dandan sama main gitar, Kakak janji, De. Tapi kamu bangun ya!” kata Ka Sandra sambil menangis seakan-akan aku akan pergi.

Ka Sandra pasti mengira aku koma atau kritis, padahal aku hanya tertidur sehabis minum obat. Lalu perlahan kubuka mata, dan aku panggil Ka Sandra.

“Ka Sandra,” sapaku sambil tersenyum.

Ka Sandra langsung memelukku erat. Entah apa yang aku rasakan saat ini, yang jelas aku sangat bahagia saat berada di pelukan Ka Sandra.

“Allhamdulilah kamu bangun, De. Kakak kangen banget sama kamu, Sayang.”

Ka Sandra memandangku dengan air mata yang masih bergelinang di kelopak matanya. Tak tega melihat Ka Sandra bersedih karena aku, aku hapus air mata Ka Sandra dengan tanganku.

Lihat selengkapnya