SUPAI

halbert caniago
Chapter #1

Meninggalkan Tanah Kelahiran

Bunga sakura tahun ini sudah mulai mekar, warna merah muda yang memesona membuat suasana di Kota Hiroshima semakin indah. Puluhan orang berlalu lalang seperti biasanya di jalanan. Tidak ada sambutan istimewa dalam musim semi tahun ini.

Bangunan-bangunan khas negeri sakura tampak indah dari kejauhan. Di jendela salah satu rumah seorang pemuda sedang bermenung sembari menggenggam secangkir teh di tangan kirinya. Pandangannya jauh kedepan, kosong seperti tak ada harapan. 

Perlahan ia meneguk teh panas yang masih belum ia habiskan sejak bangun tidur pukul 06.00. sesekali ia memejamkan matanya sambil berucap “ini musim semi terakhirku di negeri ini” dan kembali meneguk teh yang perlahan sudah mulai dingin itu.

Dering telepon memudarkan suasana hening yang menghampirinya. Ia meneguk teh itu untuk yang terakhir dan beranjak mengangkat telpon pengusir kesunyian itu. “ke kantor sekarang” seseorang di dalam telepon menghardiknya dan langsung mematikannya.

Diletakkannya telepon perlahan sambil tersenum hambar ke arah pintu. “Lelaki itu selalu saja seperti ini” ungkapnya sambil beranjak ke kamar.

Ia mulai mengambil baju yang tergantung di belakang pintu kamar. ia bersiap untuk menuju kantor angkatan laut pasukan Jepang yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Perjalanan menuju kantor akan menjadi perjananan panjangnya dalam kehidupan. Langkah demi langkah ia ayunkan seolah tak ingin meninggalkan tanah tempat kelahirnannya itu. 

30 menit berjalan, ia sampai di depan gerbang komando angkatan laut jepang. Seperti biasa, ia diperiksa oleh penjaga yang memang tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya. 

“ada keperluan apa?” Tanya seorang petugas.

“hanya bertemu teman lama” jawabnya

“namanya” hardik petugas penjaga

“maeda” katanya singkat

“baiklah, silahkan masuk” kata petugas usai melakukan pemeriksaan.

Ia langsung menuju sebuah ruangan yang berada di bagian pojok deretan bangunan. Perlahan ia mengetuk pintu itu ragu-ragu dan seseorang keluar dari ruangan sambil berteriak “Tomegoro, akhirnya kau sampai juga” 

Ia melangkahkan kaki dan masuk ke dalam ruangan itu setelah bersalaman dengan seseorang yang bernama Tadaechi Maeda itu.

Lihat selengkapnya