Blurb
Albert jadi tidak fokus dalam bekerja, ia menyuruh Lara pergi kelapangan untuk melihat Proyek dan menerima semua laporannya. Albert berdiri, ia melonggarkan dasinya dan segera menyeruput kopi hitam andalannya.
Hatinya mendadak tidak karuan, ciu*man Luna masih terbersit dalam pikirannya. Ia mencoba melupakan hal itu, tapi tetap saja tidak bisa ia lupakan.
Jam istirahat sudah tiba, Albert segera pergi untuk menjemput Luna di sekolah nya. Karena memang hari ini hanya setengah hari sampai jam dua belas siang.
Luna sudah menunggu Albert bersama Aura, Luna melarang Aura menemaninya. Tapi Aura tetap tidak mau pergi sebelum tahu kenapa Luna tidak di jemput oleh supirnya.
"Sebentar lagi Aku akan menikah," serunya.
"Setdah! Bagaimana bisa?" tanya Aura kaget.
"Bisalah, pokoknya Kamu tenang saja. Aku akan sebar undangan ku kepada kalian semua," timpalnya membuat Aura tidak percaya.
"Kamu masih tengil Lun, bagaimana bisa Kamu menikah di usia seperti ini," sahutnya.
"Isshh! Tapi Aku pengen menikah Aura," balasnya.
Aura hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia tahu betul sipat manja Luna yang begitu manja. Jelang beberapa menit mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Luna terdiam, ia melihat Albert membuka pintu mobil dengan kaca mata hitam yang menempel di wajahnya.
Luna dan Aura tercengang melihat Pria tampan nan gagah itu keluar dari dalam mobil dengan stelan formal mahalnya. Ia tersenyum membuat Aura heran.
"Hai, Luna ayo pulang," sambut Albert membuat Aura syok saat Albert menyambut-nya dengan senyuman yang bikin hati Aura meleleh.
Luna kesal melihat Albert yang tersenyum kepada Aura teman baiknya. Ia segera mendorong Albert masuk kembali ke dalam mobil sambil berkacak pinggang.
"Luna, kenapa?" tanya Albert heran.
"Ishh, kenapa sih Om ini genit sekali. Pokoknya Om tidak boleh menyapa atau pun tersenyum kepada siapa pun. Karena senyuman Om hanya milik Luna paham!" cecarnya.
Brugh!
Luna menutup pintu mobil dan segera membalikan tubuhnya sambil berkacak pinggang kepada Aura. Ia langsung menutup mata Aura oleh tangannya membuat Albert yang melihat hanya bisa terkekeh geli.
"Aura, pokoknya Kamu harus lupakan Om Albert," pekiknya sambil pergi.
"Luna, Aku mau kenalan sama Om Kamu," pekik Aura.
"Tidak! Kamu tidak usah kenal Om Aku," ketusnya sembari berjalan ke arah pintu mobil dan segera masuk.
Luna pun duduk dan melirik ke arah Albert yang saat ini sedang tertawa kecil melihat tingkah Luna yang posesif.
"Om," ucapnya.
"Apa, Luna." Jawab Albert.
"Tolong, pakaikan sabuk pengaman untuk Luna. Hari ini, Om pulang kerumah kan?" tanya Luna.
Albert pun segera memakaikan sabuk pengaman. Degupan jantung Albert kembali tidak terkontrol, tatapan keduanya bertemu, Luna terus menatapnya.
Ia mencari kesempatan dan segera mengalungkan tangannya ke leher jenjang Albert.
"Om," ucap kembali Luna dengan suara parau.
"Luna," sahut Albert pelan. Tapi sayang, ucapannya terpotong saat jari telunjuk Luna menutup mulutnya.
Debaran jantung Albert berpacu lebih cepat, mata indah itu bertemu kembali. Albert pun tidak mau mengalihkan pandangannya.
"Kita menikah saja Om?" pinta Luna membuat Albert tercengang setelah mati.
Kalimat itu membuat Albert terdiam, bagaimana mungkin dia menikahi anak gadis yang masih 18 tahun. Apa kata orangtua Luna, Dia juga seorang Duda, mana mungkin Soraya dan Bagas menikah kan mereka berdua.
"Luna, menikah itu bukan untuk main-main," sahutnya sambil menurunkan jari Luna. Albert memberanikan diri untuk bersikap biasa supaya jantungnya terkontrol.
"Ta-pi, Luna mencintai Om Albert," sambung Luna membuat Albert tercengang setengah mati.
Mata indah itu mulai sayu, Luna menatap
penuh Albert. Ia mulai mengalungkan kembali tangannya hingga hembusan napas Albert terci*m oleh Luna.