Suasana riuh terjadi di taman belakang sekolah. Terlihat dua orang anak muda berseragam SMA saling baku hantam. Melihat perkelahian seperti itu bukannya di pisahkan tapi yang lainnya justru hanya melihat sambil seru memberi dukungan pada jagoan mereka. Ada juga yang terlihat sedang memvideokan perkelahian itu, mungkin untuk eksis di media sosial.
"Gimana rasanya gak enak kan di bikin sakit," ucap Galvin yang berhasil membuat jatuh lawan seterunya yang berambut cepak. "Sekali lagi lo berani jadiin sahabat gue bahan taruhan, gue gak bakalan lepasin lo. Denger gak lo dasar cabul!" Galvin menghentakan satu kakinya ke bumi membuat lawannya gelagapan.
Galvin Ardiantara nama lengkapnya. Dia sedang merentangkan kedua tangannya seolah berlagak sebagai pemenang dari kejuaraan tinju kelas dunia. Para remaja berseragam SMA yang membentuk formasi lingkaran bertepuk tangan, entah karena terpaksa atau senang melihat tingkah Galvin.
"Galvin!"
Semuanya langsung diam ketika mendengar Salva berteriak sangat kencang. Gadis muda yang menggunakan seragam SMA dengan rok pendek itu menerobos kerumunan. Ia berjalan cepat ke arah Galvin sambil sekilas melihat pria yang sedang meringis kesakitan di atas tanah. Salva berdiri di hadapan Galvin dengan mata yang terbuka sangat lebar.
"Lo ngapain?" tanya Salva.
Galvin melipat kedua tangannya di depan dada. "Senang-senang. Biasalah cowok."
Salva berkacak pinggang. Dirinya harus sedikit menengadahkan wajahnya karena Galvin tujuh sentimeter lebih tinggi darinya. "Begini cara lo seneng-seneng. Bikin babak belur orang lain."
"Lo tau kan gue gak bakalan ngebiarin siapapun nyakitin sahabat gue. Jadi kalau ada orang yang nyakitin sahabat gue, orang itu bakalan berhadapan sama gue."
Salva mendengus ia meluruskan kedua tangannya. "Tapi gak kaya begini caranya. Lo tau kan kalau gue gak suka menyelesaikan masalah pake kekerasan."
"Gak peduli! Pokoknya menurut gue cowok cabul kaya dia harus di kasih pelajaran."
"Memangnya dia guru apa ngasih pelajaran." celetuk seseorang di antara kerumunan.
"He! Gue denger itu," kata Galvin.
"Lo tuh ya susah banget di kasih taunya." Salva kembali mendengus kali ini mulai kesal.
"Udah tau gue susah di kasih tau. Makannya jangan kasih gue tau kasih aja tempe."
Salva tersenyum aneh dan Galvin tau ketika Salva sudah senyum seperti itu, itu artinya dirinya dalam bahaya besar. Dan benar saja secepat kilat Salva langsung menjewer kuping kanan Galvin hingga laki-laki muda itu meringis kesakitan.
"Aw... aw... kuping gue! Kuping gue."
"Nih rasain taunya, eh bukan deh maksud gue tempenya." Salvin menarik Galvin dengan paksa.
Semua orang yang tadi sedang menyaksikan perkelahian langsung ikut bubar ketika Salva dengan sadisnya menjewer kuping Galvin dan menyeretnya untuk kembali ke sekolah. Gadis itu bernama Salvana Arinsa sahabat dari Galvin sejak duduk di bangku SMP.