Salva menggunakan baju berlengan panjang dengan bordiran bergambar kucing di bagian tengahnya. Gadis itu keluar rumah yang langsung di sambut oleh udara dingin malam hari. Ada suara-suara jangkrik yang saling bersautan satu sama lain. Terlihat Galvin sudah berdiri di depan pagar dan duduk di atas sepedanya. Laki-laki itu memakai jaket hitam dan kupluk yang menutupi kepalanya.
"Gue emang ganteng jadi gak usah terkesima gitu," kata Galvin.
"Yang bilang lo ganteng itu cuma diri lo sendiri. Jadi gak usah ke geeran."
"Bukan cuma gue, Sausan juga bilang gue ganteng."
Salva langsung duduk di kursi belakang. "Gak usah banyak omong udah cepetan jalan."
"Siap Princess." Galvin mengayuh sepedanya menuruni jalanan yang di bagian kanan dan kirinya di tumbuhi pepohonan besar.
Di warung kopi Umi yang lainnya sudah sampai. Mereka duduk di meja yang bersebelahan dengan kaca bening besar. Meskipun namanya warung tapi tempat itu lebih mirip mini kafe. Ada empat buah meja di bagian dalam dan satu meja panjang di luar. Ada satu orang pelayan perempuan sementara yang membuat semua pesanan adalah Uminya Masta yang selalu berada di dapur.
"Mereka berdua belum sampe," kata Masta sambil meletakan lima buah kopi hangat yang baru di buat. Tidak lupa ia juga menaruh sepiring ubi goreng yang sangat di sukai oleh Galvin.
"Tau, pacaran kali," kata Rayhan yang terlihat serius mengerjakan tugas di LKS Matematika.
"Enggak mungkinlah mereka pacaran, mereka kan sahabat," ucap Sausan lalu menyesap kopi susu yang masih menyembulkan asap putih.
"Justru karena mereka sahabat, jadi kemungkinan buat mereka pacaran itu jadi lebih besar. Kan ada istilahnya, dari sahabat yang akrab tiba-tiba ada di akad," ujar Rayhan.
Sausan menggelengkan kepalanya pelan. Ia sangat tidak setuju dengan pernyataan teman laki-lakinya itu. Baginya persahabatan tidak boleh di rusak dengan perasaan cinta.
"Lo kenapa sih? Kayanya gak suka banget kalau mereka berdua pacaran," kataMasta.
"Bukannya gak suka tapi, iya kalau mereka berdua sama-sama suka tapi gimana kalau salah satu aja yang cinta sementara yang satunya enggak. Kan sayang persahabatan mereka bisa rusak." Sausan menghela napasnya lalu bersandar dan menatap keluar jendela.
Masta hanya meangguk-angguk kecil ia menangkap makna tersirat dari raut wajah dan juga pernyataan Sausan. Masta diam-diam memperhatikan gadis itu ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Sausan. Raut wajah Sausan yang semula memberengut berubah cerah. Masta menoleh ke mana arah tatapan mata Sausan. Di luar ia lihat Galvin dan Salva baru saja datang.