Bel masuk sudah berdering lima menit yang lalu tapi, guru Pendidikan Kerwarganegaraan yang terkenal selalu datang satu menit setelah bel berdering belum juga datang. Suara sepatu pantopel dari seorang guru menggema di sepanjang koridor sekolah hingga bisa terdengar ke ruang kelas 12-D.
"Shuttt... shuutttt... ada yang dateng, ada yang dateng." kata salah seorang murid yang duduk di bawah jendela.
Tidak lama masuk Pak Ramdan guru kesiswaan di belakangnya turut berjalan seorang remaja pria berseragam SMA dengan rambut potongan under cut, kulit putih, dada bidang dan tinggi sekitar seratus tujuh puluh enam sentimeter. Melihat cowok bening seperti artis ibu kota membuat beberapa gadis yang ada di kelas mesem-mesem tidak jelas, mungkin karena mereka cacingan.
"Pagi semuanya. Hari ini kalian kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan diri kamu."
"Pagi..." katanya sedikit ragu lalu kembali bicara. "perkenalkan saya Viyan Prasasta. Saya pindahan dari Jakarta."
"Ooohh... Jakarta," kata beberapa orang berbarengan.
"Ada yang mau kalian tanya," kata pak Ramdan.
"Udah punya pacar belum?" Kata Dito yang membuat suasana kelas mendadak hening. Saking heningnya hingga terdengar suara jangkrik yang sangat nyaring. Semuanya terdiam karena mereka semua merasa curiga dari sekian banyak cewek di kelas itu kenapa harus Dito yang menanyakan pertanyaan semacam itu.
"Gue memang udah curiga sama dia dari dulu," kata Masta pelan sambil sedikit menyipitkan matanya.
Pak Ramdan perlahan menggelengkan kepalanya. "Mencurigakan," gumamnya. "Udah nanyanya nanti aja. Sekarang kamu duduk di sana ya." Pak Ramdan menunjuk satu bangku kosong yang ada di pojok belakang. "Oh iya Pak Anwar gak bisa dateng karena istrinya melahirkan jadi kalian kerjain LKS aja ya."
Ketidakhadiran Pak Anwar guru pendidikan kewarganegaraan membuat banyak murid senang. Karena itu artinya mereka bisa terbebas dari pelajaran dan mereka bisa santai-santai sejenak atau bahkan meneruskan gosip yang tadi pagi belum mereka selesaikan.
Ketika Pak Ramdan keluar kelas beberapa murdi perempuan langsung berkerumun. Ya seperti itulah ketika ada seseorang yang mereka anggap menarik mereka pasti bakalan langsung membicarakannya. Dan sekarang para gadis genit itu diam-diam sedang membicarakan Viyan.
Meskipun tidak bisa mendengarnya tapi Viyan tahu betul kalau para gadis itu sedang membicarakannya. Bagi Viyan tidak ada yang berubah di sekolahnya yang dulu atau yang sekarang semuanya terlihat sama terutama gadis-gadis itu. Viyan memasangkan earphone di kedua telinganya dan menyetel musik yang cukup kencang mungkin agar ia tidak bisa mendengar bisik-bisik dari para gadis pengganggu itu.
Sepertinya berita mengenai murid baru cowok yang ganteng tidak bisa di bendung lagi. Buktinya pada saat jam istirahat cewek-cewek ramai membicarakan Viyan di kantin. Ada yang bilang murid baru itu mirip bintang K-POP. Ada juga yang bilang mirip sama Verrel Bramasta. Para gadis itu bahkan sudah saling berebut untuk menjadikan Viyan sebagai pacar, seolah laki-laki itu mau saja dengan mereka.
Sausan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi ia sedang mencari seseorang di antara banyaknya orang di kantin.
"Lo nyariin murid baru itu ya?" Kata Rayhan kacamata hitamnya agak sedikit miring.
"Ha! Enggak, gue nyari... Galvin."
"Oh... kirain..."
Sausan tersenyum kecil sambil mendengus, ia sangat mengerti maksud temannya itu. "Gue gak sama kali kaya cewek-cewek itu." Dagu Sausan bergerak ke arah para gadis yang sedang duduk sambil bercermin merapikan rambut dan pakaian mereka untuk menarik perhatian murid baru itu.
Jreng.... jreng... jreng....
Galvin dan Masta datang sambil membawa gitar. Galvin memainkan alat musik itu hingga menarik perhatian semua orang di kantin. Galvin melantunkan sebuah lagu sambil berjalan. Beberapa orang geleng-geleng kepala, beberapa lagi cuek tidak mempedulikan sementara yang lainnya hanya bisa mengelus dada, mereka tidak berani menegur mungkin karena takut di hajar oleh Galvin.
Di sekolah ini Galvin terkenal sebagai salah satu anak yang suka berkelahi dan membuat masalah tapi, biasanya jika Galvin berkelahi cuma ada dua kemungkinan yang pertama karena membela orang yang tertindas dan yang kedua karena membela Salva dari laki-laki berengsek.
"Kayanya sekarang popularitas lo di sekolah ini udah mulai redup Vin. Ada bintang baru yang lebih terang dan bersinar. Lo liat aja tuh, cewek-cewek pada ngomongin murid baru itu," ucap Masta satu tangannya ada di pundak Galvin.
"Tenang aja Ta. Gue sebagai yang populer pertama di sekolah ini tetep gak bisa di lupain. Lo tau sendiri kan segala sesuatu yang pertama itu gak bisa di lupain. Pacar pertama, cinta pertama, ciuman pertama, lahiran pertama, malam pertama."
Masta terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Mereka berdua sudah sampai di meja yang biasa mereka duduki. Hal pertama yang biasa di lakukan oleh Galvin adalah merebut minuman siapa saja yang ada di dekatnya.