Iya ada, kamu yang lucu.
Kata-kata Viyan tadi siang ketika hujan turun berdampak bagi Salva di malam hari. Akibatnya ia jadi tidak bisa tidur. Padahal sekarang sudah jam dua belas malam. Kata-kata Viyan itu terus terngiang-ngiang di pikiran Salva. Kenapa sih dia harus berkata seperti itu. Padahalkan mereka baru tiga kali bertemu di hari yang sama.
Kali ini Salva benar-benar harus tidur. Ia lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal bermotif burung hantu. Tapi aneh sepertinya baru beberapa menit gadis itu menutup mata tiba-tiba kupingnya mendengar suara berisik dari balik pintu. Salva membuka matanya ia menguap dan mencoba mengumpulkan nyawa.
"Salva! Cepetan bangung udah jam berapa ini," ucap seseorang dari balik pintu.
Salva melihat jam di dinding yang menunjukan pukul setengah tujuh. Mata gadis itu langsung terbelalak, panik! Tentu saja ia langsung panik. Karena sekolahnya masuk jam tujuh pagi.
"Iya Mah," ucapnya lalu berlari ke arah kamar mandi.
Di bawah Ibu Salva yang bernama Rahma sudah menyiapkan roti lapis dengan isian irisan daging, parutan keju dan daun salada. Di saat genting seperti ini ia tahu betul makanan yang praktis untuk di bawa anaknya yang terlambat. Salva turun dan langsung mengambil rotis lapis itu. Tidak lupa sebelum pergi ia mencium punggung tangan kanan ibunya.
"Hati-hati. Larinya yang kenceng nanti terlambat."
"Siap Mah!"
Jarak SMA PERSATUAN dari rumah Salva sebenarnya hanya sepuluh menit jalan kaki. Tapi karena berhubung ia terlambat ia jadi harus berlari sangat cepat untuk bisa sampai ke sekolahnya. Napas gadis itu terengah-engah pintu pagar hampir saja akan di tutup oleh seorang satpam. Tapi sepertinya satpam pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Satpam berkulit hitam dengan kumis di bawah hidungnya itu terlihat fokus menatap layar smartphonenya sehingga tidak menyadari Salva lewat di depannya.
Gadis itu berjalan melewati beberapa orang yang senyum-senyum sambil menunduk memperhatikan layar ponsel mereka. Ada apa sih? Apa ada sesuatu yang ia tidak tahu. Salva masuk kedalam kelas tapi anehnya ketika ia masuk suasana kelas yang tadinya riuh mendadak sepi seperti kuburan. Gadis itu lalu duduk di kursinya, Sausan tersenyum kecil ketika Salva duduk.
"Apa nih?" Kata Galvin tiba-tiba datang sambil menunjukan sebuah foto di layar smartphone miliknya.
Salva langsung membelalakan kedua matanya ia melihat sebuah foto dirinya dan juga Viyan yang sedang berpelukan di perpustakaan.
"Ini... ini kan..." Salva tiba-tiba gagap iya yakin semua orang pasti salah paham melihat foto dirinya dan Viyan sedang berpelukan. "Dapet darimana?"
"Gak tau tiba-tiba nyebar gitu aja di sosmed," kata Sausan.
"Gak penting dapet darimana. Yang paling penting sekarang lo jawab pertanyaan gue, ada hubungan apa lo sama si anak baru itu." Galvin memberengut ia jelas-jelas tidak suka melihat foto itu.
"Mm... gak ada hubungan apa-apa. Gue aja baru kenal kemaren."
"Gak ada hubungan apa-apa dan baru kenal kemaren kok udah peluk-pelukan. Baru kenal aja udah pelukan apalagi kalau udah lama kenal, mungkin lo sama dia..."
"Apa? Gue sama dia apa?" Salva berdiri dan memelototi Galvin.
Viyan yang sejak tadi memperhatikan dari belakang merasa turut andil dalam masalah itu. Ia sendiri tadi sudah melihat foto itu, Masta yang memperlihatkannya. Viyan menghampiri meja Salva dan coba untuk menenangkan.
"Dia gak salah, mungkin gue yang salah," ucap Viyan.
"Oh, enggak! Lo gak salah kok. Malah kalau gak ada lo gue pasti udah jatoh," ucap Salva ia lalu menjelaskan pada Galvin kalau sebenarnya kemarin ketika di perpustakaan dirinya mau jatuh dan Viyanlah yang menyelamatkannya.
"Menurut gue sekarang yang harus kita cari tau adalah siapa yang udah nyebarin foto itu," kata Viyan sambil menatap ke arah Galvin.
"Gak usah di suruh juga gue pasti bakalan cari tahu," gumam Galvin.
"Pagi semuanya..."
Suara seorang guru bahasa Inggris langsung membuat semuanya duduk di kursi mereka masing. Seperti biasa selesai berdoa maka pelajaran bisa di mulai. Salva meletakan buku tulis bahasa Inggris di atas meja. Ia menghela napasnya bukan karena lelah harus berlari ke sekolah atau habis berdebat kecil dengan sahabatnya tapi karena ia tahu foto itu sudah tersebar ke seantero sekolah. Maka itu artinya kini semua orang akan menatapnya dengan cara yang berbeda dan diam-diam bergunjing di belakang dirinya.
Dan apa yang di takutkan oleh Salva benar-benar terjadi. Kini jam istirahat semua orang mendadak menatap dirinya dengan tatapan aneh sambil berbisik-bisik. Sausan mengelus-elus punggung Salva untuk menenangkannya. Gadis itu terlihat tidak bersemangat. Ia menopang dagu sambil mengaduk-aduk kuah bakso yang sejak tadi belum di makannya.