Salva sedang duduk di bawah pohon kiara payung yang ada di pinggir lapangan. Di sampingnya ada segelas air mineral dingin. Ketika yang lainnya sedang sibuk menyaksikan para remaja pria main futsal gadis itu malah sibuk membaca novel yang sudah setengah ia baca. Dari arah belakang datang Viyan yang barusan dari ruang guru untuk menyerahkan tugasnya.
Laki-laki itu tersenyum melihat Salva tengah serius membaca novel. Ia menunduk memperhatikan Salva dan buku yang sedang di pegangannya. Senyum Viyan merekah ketika mengetahui novel yang sedang di baca oleh Salva. Ia lalu duduk di samping gadis itu yang masih belum menyadari keberadaannya.
"Suka baca novel romance juga?"
Salva terkesiap menoleh ke arah kanan dan melihat laki-laki itu sudah duduk di dekatnya. "Hai... Mmm... iya iseng aja."
"Gimana suka sama ceritanya," tanya Viyan.
Gadis itu meangguk. "Iya suka. Jalan ceritanya unik lain dari biasanya."
"Bagian mana yang paling kamu suka?"
Salva menarik napasnya. Ia berpikir sejenak dan mengingat setiap kejadian yang ada di dalam novel. "Waktu tokoh prianya bilang, kalau kamu bukan hanya ditakdirkan untukku, tapi...."
"Kamu juga diciptakan untukku," kata Viyan melanjutkan ucapan Salva.
Senyum gadis itu langsung merekah. "Kamu tau? Kamu pernah baca?"
Viyan mengarahkan wajahnya ke arah lapangan bukan untuk menyaksikan Masta dan Rayhan bermain futsal tapi untuk sekedar memberikan waktu untuknya berpikir.
"Mm... udah malah saya punya buku keduanya."
"Oh ya! Memangnya novel ini berseri?"
"Enggak. Bukan berseri. Tapi saya punya novel kedua dari penulisnya. Kamu kenal sama penulisnya?"
Salva melihat cover novel itu di bagian bawah judulnya hanya ada nama Yanpra. "Enggak. Mungkin dia penulis baru."
Viyan tersenyum sambil tertunduk. "Iya betul dia penulis baru."
"Oh ya! Kamu tau darimana?"
Viyan langsung menelan ludahnya. "Mm... Ya karena saya hobi baca novel jadinya kurang lebih saya tau beberapa novelis. Dan Yanpra sebelumnya saya gak pernah denger jadi kemungkinan dia pasti penulis baru."
Salva hanya meangguk-angguk kecil.
"Kamu tau gak buku keduanya lebih sedih loh. Kamu belum punya kan. Gimana nanti pulang sekolah kita ke toko buku kita beli novelnya."
Salva tersenyum butuh beberapa detik baginya untuk menjawab. "Mm... boleh."
*****