Sausan berdiri di depan cermin ia merapikan rambutnya yang panjang. Gadis itu memakai baju berlengan panjang dan ada aksen bulu kucing di bagian tengah bawah.
"San ada yang jemput tuh," ucap seseorang dari balik pintu.
"Iya Bu," jawabnya ia lalu keluar kamar. Sausan sudah bisa menduga siapa yang menjemputnya. Jarak rumahnya yang berdekatan dengan rumah Rayhan gadis itu pikir pasti Rayhan lah yang menjemputnya tapi, ia salah besar ketika Sausan berjalan ke teras ia lihat Galvin sudah berdiri di sana.
"Loh! Galvin kok lo di sini?"
Laki-laki itu tersenyum tanpa memperlihatkan barisan gigi putihnya. "Iya gue sengaja jemput lo sebagai ucapan terima kasih karena puisi yang lo buat dapet nilai bagus."
Sausan terkekeh. "Yaelah segitunya banget sih."
Galvin meangguk sambil berjalan ke arah motor matiknya. "Meskipun kata orang gue ini berandalan tapi setidaknya gue tau bagaimana caranya menunjukan rasa terima kasih sama orang yang udah bantu gue."
"Orang yang bilang lo berandalan itu adalah orang-orang yang cuma tau lo dari luar. Mereka gak tau kalau sebenarnya lo tuh orang baik."
Senyum Galvin kembali mereka. "Kayanya cuma lo deh yang bilang kalau gue orang baik."
Sausan menarik napasnya lalu menghembuskannya pelan. Ia berjalan mendekati motor Galvin. "Mm... mendingan kita berangkat sekarang."
"Ok, princess silahkan naik." Galvin sedikit membungkut.
Segerombolan muda-mudi terlihat berjalan menuju sebuah rumah besar yang ada di ujung jalan. Rumah itu terdiri dari dua lantai dengan dominan warna cokelat di bagian dindingnya. Salva berjalan perlahan bersama Rayhan dan Masta. Sekarang sudah hampir jam delapan semua anak-anak kelas 12-D datang ke rumah Viyan untuk pesta barbekyu.
Ketika akan melewati gerbang Salva, Rayhan dan Masta melihat Galvin yang sedang membonceng Sausan. Pemandangan yang baru pertama kali di lihat Salva itu membuatnya sedikit terkejut dan tentunya bertanya. Biasanya kan setiap kali ada acara Galvin yang selalu menjemputnya tapi kenapa kali ini Galvin malah menjemput Sausan dan membiarkan dirinya di jemput oleh Rayhan dan Masta.
"Tuh liat aneh bangetkan tuh orang. Tiba-tiba ngelarang gue jemput Sausan dan gue malah di suruh jemput lo," ucap Rayhan.
Salva diam tidak menanggapi ia hanya melihat dari kejauhan Sausan turun dari motor Galvin sambil tersenyum.
"Udahlah biarin aja. Mungkin dia mau ganti suasana kali. Atau jangan-jangan kalian lagi berantem ya Va," kata Masta yang memakai kemeja kotak-kotak berwarna biru dongker.
"Enggak... udahlah mendingan kita masuk aja."
Rayhan menatap Masta sambil mengedikan bahunya. Ia lalu mengikuti Salva dari belakang. Mereka semua menuju halaman belakang yang di tumbuhi rumput hijau. Ada dua puluh delapan orang yang di undang oleh Viyan. Asap mengepul ketika api membakar ayam, daging sapi, sosis, jagung, udang, lobster bawang dan lain-lainnya.
Viyan sudah menyiapkan empat buah panggangan yang. Masing-masing panggangan sudah ada dua atau tiga orang yang sedang membakar macam-macam hidangan. Beberapa orang terlihat mengobrol sambil makan cemilan di atas rumput yang lainnya hanya diam sambil bermain game di ponsel.
Viyan menghampiri Salva yang sedang berdiri bersama Rayhan. "Va, Han. Makasih ya udah dateng."
"Iya santai aja," kata Rayhan.
"Kamu tinggal sama siapa di sini? Sendiri?" Tanya Salva.