SUPER JEALOUS

Frasyahira
Chapter #14

PINUS

Sma Persatuan memiliki pemandangan yang sangat indah. Di halaman belakang sekolah ini kita bisa menikmati pemandangan gunung salak berserta dengan perbukitan di sekitarnya. Biasanya ketika jam istirahat banyak para murid yang memakan jajanan di halaman belakang. Hembusan angin dan udara yang bersih membuat mereka betah berlama-lama di sana.

Ada sebuah bangku kayu yang cukup di duduki untuk dua orang. Salva dan Viyan duduk di kursi itu sambil menghadap ke arah pegunungan. Viyan menyilangkan satu kakinya. Satu tangannya ia rentangkan di bagian atas kursi yang berbentuk memanjang itu.

"Aku tuh enggak ngerti kenapa dia kaya begitu," Pemandangan Salva tertuju ke arah depan, menatap gunung besar yang hijau itu.

"Memang sebelumnya kalian gak pernah berantem?" Tanya Viyan menatap wajah Salva dari samping.

Gadis itu menghembuskan napasnya mengingat semua pertengkaran yang ia alami bersama dengan Galvin. "Sering. Bahkan dulu waktu pertama kali ketemu juga kita berantem."

Pertemuan pertama Salva dan Galvin terjadi di SMP Perdamaian. Kala itu di kantin Salva dan Galvin saling berebut tempat duduk. Mereka di saat yang bersamaan duduk di tempat yang sama hingga tubuh mereka beradu. Salva marah pada Galvin ia menganggap laki-laki itu sengaja melakukannya tapi Galvin juga marah dan menganggap Salva mencoba untuk menarik perhatiannya. Apalagi setelah mereka tahu kalau mereka sekelas. Awalnya sempat saling sinis tapi lama-lama mereka malah berteman sampai sekarang.

Salva tersenyum mengenang bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Galvin. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada kursi. Ia memijat-mijat lehernya yang terasa sedikit pegal. 

"Mungkin dia lagi ada masalah yang gak dia ceritain ke kamu."

Salva meangguk pelan. "Ya mungkin." Dalam pikirannya Salva tahu kalau satu-satunya masalah bagi Galvin adalah ayahnya. Sejak SMP juga Salva tahu kalau ayahnya Galvin bukanlah ayah yang baik, tapi bukan itu penyebabnya. Pertengkaran kemarin ia dengan Galvin terasa berbeda seperti ada sesuatu yang lain yang Salva rasakan di dalam hatinya.

"Ya udah nanti biar aku yang ngomong sama dia ya," ucap Viyan mengelus-elus kepala Salva.

"Ngomong apa?"

"Ya siapa tahu aja ada sesuatu yang cuma mau dia ceritain sama teman laki-lakinya. Siapa tau aku bisa bantu masalah dia."

Salva tersenyum kecil ia tidak yakin kalau Galvin akan menceritakan masalahnya pada Viyan. Seandainyapun Galvin mau bercerita ia pasti akan bercerita hanya pada Rayhan atau Masta bukan pada Viyan yang baru di kenalnya. 

Suara pesan masuk menarik perhatian Viyan. Laki-laki itu meraih ponsel yang ada di sakunya dan membaca pesan yang masuk itu.

Besok kita ketemuan di kafe Anatomi Coffee, gue kangen sama lo.

"Siapa?" Tanya Salva penasaran.

Viyan gelagapan. "Oh, bukan siapa-siapa. Ayo kita ke kelas."

Istirahat berakhir lima menit lagi sehingga di kelas belum banyak orang yang masuk. Di kelas ini ketika istirahat semuanya bebas melakukan apapun. Ada yang makan, tidur, ngegosip, dandan, main gitar, angkat kaki ke atas meja, pacaran dan nonton video... ya kalian bisa membayangkan sendiri apa yang biasa mereka tonton. Sausan duduk di samping Galvin ia terlihat sedang menyanggah dagunya.

"Gimana kalau besok aja."

"Memangnya lo gak capek?" Kata Galvin.

"Yaelah Vin cuma foto terus di upload ke sosmed apa susahnya sih. Sekarang tuh semuanya serba online. Kue-kue Ibu lo juga di jualnya harus online supaya banyak beli. Ya.," ujar Sausan.

"Iya, iya... makasih ya udah mau bantuin Ibu gue."

Lihat selengkapnya