SUPER JEALOUS

Frasyahira
Chapter #17

AL

Viyan memarkirkan motornya di depan rumah neneknya yang besar. Mata laki-laki muda berseragam SMA itu langsung sinis ketika melihat sebuah mobil sedan hitam ada di sana. Ia menelan ludahnya Viyan tahu betul mobil siapa itu. Apalagi ketika melihat plat mobilnya ia langsung menghela napas langkahnya terasa berat ketika akan memasuki rumah.

Ternyata benar saja dugaanya di dalam rumah sudah ada Bara laki-laki berjenggot yang memakai kemeja hitam itu adalah ayahnya Viyan. Bara langsung berdiri ketika melihat anaknya datang. Wajah laki-laki itu datar ia menatap anaknya seperti orang asing.

"Al, ayo kita pulang!" Ucap Bara tanpa basa-basi. Al adalah nama depan dari Viyan sudah lama Viyan tidak pernah mendengar seseorang memanggil nama depannya.

Viyan tersenyum kecil ia menatap sinis ayahnya sendiri. Viyan tahu semua ini pasti akan berakhir dengan pertengkaran. Ia sebenarnya malas berbincang-bincang dengan ayahnya tapi ia juga tahu kalau ayahnya adalah orang yang paling tidak suka di abaikan ketika berbicara.

"Pulang? Kemana?" Viyan memegang tali tas dengan kedua tangannya.

"Ya ke rumah! Kamu tau kan Mamah kamu lagi sakit. Kamu harus pulang urusan kepindahan sekolah biar Papah yang urus. Cepet beresin baju-baju kamu."

Viyan mendengus ia menatap tajam ayahnya sendiri. "Enak aja Papah mau pindahan sekolah aku. Aku gak mau! Aku udah punya banyak temen disini! Lagi pula pulang juga percuma Papah bakalan terusan-terusan salahin aku soal kematian Zo. Padahal Papah tahu Papah yang salah. Zo meninggal karena tekanan dari Papah tapi Papah gak mau akuin itu makannya aku yang Papah salahin buat nutupin kesalahan Papah iya kan!"

Bara memberengut tangannya tiba-tiba melayang menuju pipi kanan Viyan. "Kurang ajar kamu!" 

"Bara!" Teriak Runa nenek Viyan yang sejak tadi duduk di sana. Nenek Runa berjalan menghampiri Viyan yang pipinya terlihat memerah. Wajah Runa menringis menatap cucunya yang terlihat syok. "Gak ada yang salah. Kamu gak salah sayang," katanya sambil mengelus elus pipi Viyan. "Kamu juga gak salah Bara. Jadi tolong berhenti untuk saling menyalahkan."

"Tapi Bu dia gak bisa di bilangin. Dia gak ngerti apa salah dia." Bara berusaha menjelaskan kepada ibunya.

"Apa kamu juga tahu dimana letak kesalahan kamu Bara?" Kata Runa membuat anak laki-lakinya yang sudah dewasa itu terdiam.

Viyan kembali mendengus. "Yang Papah tahu cuma satu Nek. Bagaimana cara menutupi kesalahannya dan melipahkannya sama orang lain." Viyan lalu pergi menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Di sana ia mengambil sebuah novel dan memasukannya kedalam tas. Viyan lalu kembali turun menghampiri neneknya dan memeluknya. "Aku pergi Nek," ucapnya lalu berlari cepat keluar.

"Viyan! Mau kemana kamu Viyan." Nenek Runa berusaha mengejar Viyan yang ke depan rumah tapi terlambat Viyan sudah pergi jauh menggunakan sepeda motornya.

Nenek Runa menoleh ke arah kanan menatap wajah Bara yang berdiri di sebelahnya. "Liat! Kamu liat itu. Kamu harus sadar, kamu sudah kehilangan Zo kamu mau kehilangan Viyan juga? Ha! Mau kamu?" Kesal, sangat kesal itu yang di rasakan oleh Runa ia lalu masuk kedalam rumahnya.

Bara menutup kedua matanya. Napasnya tersengal sengal ia mengepal kedua tangannya sangat erat. Wajahnya terlihat sedih ada air mata yang tertahan di pelupuk matanya. Ia tahu betul sebenarnya ia patut di salahkan atas semuanya, namun sepertinya ke egoisan yang telah membuatnya jadi seperti itu. Bara menengadah ke atas menatap langit sore yang indah.

*****

Lihat selengkapnya