Benar... semua yang di katakan Galvin memang benar. Kini semuanya tidak lagi sama. Persahabatan mereka berdua kini terasa ada yang berbeda. Mereka seperti dua orang yang baru pertama kali di pertemukan. Aneh, kaku dan asing, tidak ada lagi tawa dan canda di antara mereka berdua. Yang tersisa hanyalah rasa saling menyalahkan diri sendiri. Mereka menganggap diri mereka yang telah menyebabkan semuanya tak lagi sama.
Salva dan Galvin pernah berpapasan di koridor sekolah tapi mereka hanya diam tidak saling bertegur sapa. Kedua remaja itu hanya akan menghela napas lalu kembali berjalan meskipun sebenarnya mereka ingin bicara. Di kantin pun sama, mereka secara tidak sengaja berada di tempat yang sama keduanya ingin membeli minuman yang sama. Salva berhenti melihat Galvin hendak menuju tempat yang sama. Galvin hanya diam mengerjapkan matanya dan bingung harus berbuat apa.
"Hei," ucap Viyan datang tiba-tiba memecah kekakuan di antara kedua sahabat itu. Viyan merangkul pundak Salva di hadapam Galvin. "Hai Vin," ucap Viyan ramah.
Galvin membalas senyuman Viyan sekedarnya lalu berjalan pergi meninggalkan mereka berdua. Laki-laki itu tidak berhenti ia menuju perpustakaan duduk di sana dan hanya diam. Dirinya kesal, bukan kesal melihat Viyan merangkul Salva tapi kesal karena ia merasa telah membuat semuanya menjadi kacau.
Lusa sudah ujian nasional kelima remaja itu kini sudah berkumpul di warung Umi Masta dengan mengenakan pakaian bebas. Di atas meja tidak ada makanan atau minuman seperti biasanya. Atas meja kini di penuhi oleh buku-buku dari mata pelajaran yang akan di ujikan lusa. Rayhan si otak cerdas sedang mengajari Masta untuk menghitung nilai dari titik X dan Y.
"Haduh... siapa sih yang buat soal X sama Y ini. Kenapa mereka harus kali, di bagi, dipisah, di pertemukan lagi, udah di pertemukan di bagi lagi. Pusiiiiinnngg otak gue." Masta menggaruk-garuk kepalanya.
"X sama Y itu ibarat dua orang yang saling jatuh cinta. Mereka gak cuma harus di pertemukan tapi juga di satukan," ucap Rayhan.
"Anjayyy... kita dapet wejangan cinta dari orang yang belum pernah jatuh cinta." Kata Masta.
Sausan memukul kepala Masta dengan pensil 2B. "He! Hanya karena dia gak pernah jatuh cinta bukan berati gak mengerti soal cinta. Gak kaya lo! Gak peka!"
"Eitss... jangan sembarangan gue bukannya gak peka tapi cuma bersikap cool, dingin dan terlihat misterius." Masta menaikan satu alisnya.
"Terlihat misterius apanya. Gaya lo tuh lebih mirip maling tau gak," ucap Rayhan.
"Iya maling cinta."
Sausan tertawa ia melemparkan penghapus ke wajah Masta. Rayhan hanya geleng-geleng kepala lalu melihat soal-soal yang ada di buku. Ketika yang lainnya tertawa Viyan melihat wajah Salva cemberut. Gadis itu hanya diam sambil melihat ke arah buku yang ada di atas meja. Viyan lalu melirik ke arah Galvin ia juga melihat hal yang sama pada laki-laki itu.