SUPER JEALOUS

Frasyahira
Chapter #26

BERPISAH DI DRAMAGA (ENDING)

Jam sepuluh lewat matahari bahkan belum sempurna tepat berada di atas langit kota namun keceriaan dan kebahagiaan terasa di SMA PERSATUAN. Semua siswa kelas 12 telah usai melakukan serangkaian ujian yang cukup menegangkan. Ini adalah hari terakhir ujian nasional, mereka meluapkan rasa tegang dengan berdoa, bercanda, tertawa dan saling berpelukan. 

Di sepanjang koridor sekolah para remaja itu tidak henti-hentinya bercanda untuk melepas rasa tegang mereka. Rayhan dan Masta terlihat berpelukan saling mengucapkan selamat karena telah berhasil melewati ujian dengan baik. Sausan merangkul kedua teman laki-lakinya itu sambil berjalan menuju gerbang sekolah. Di sana Sausan, Rayhan dan Masta melihat Galvin sedang berdiri sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Vin! Di cariin gak taunya lo disini. Gimana tadi lancar, Hufffhh... akhirnya selesai juga ujiannya," kata Masta menghembuskan napasnya.

Galvin hanya tersenyum ia menatap temannya satu persatu. "Gue mau pamit."

"Pamit! Pamit kemana?" Tanya Sausan.

"Gue harus ikut Ibu gue. Kalian gak perlu tau kemana tapi tenang aja gue masih di negera ini."

"Tapi kenapa? Kok mendadak." Masta menatap Galvin ia tidak percaya kalau temannya itu akan pergi.

"Gak mendadak, gue-nya aja yang baru bilang sama kalian. Tenang aja kalau kangen kan kita bisa Teleponan, atau chat di grup whatsapp. Ok! Sekarang gue harus pergi." Galvin memeluk satu persatu teman-temannya itu. Sepertinya ketiga temannya itu tidak memiliki pilihan lain selain mengikhlaskan kepergian Galvin.

Di ujung sana Viyan sejak tadi memperhatikan Galvin dan ketiga temannya saling berpelukan. Ia ingat kalau Galvin pernah bilang kalau dirinya akan pergi jauh, apa ini harinya? Viyan menoleh kebelakang mencari Salva yang belum kembali dari toilet. Viyan pikir Salva harus tahu hal ini, mungkin ini adalah kesempatan terakhir untuknya bertemu dengan Galvin.

Wajah Viyan mencerah ia melihat Salva sedang berjalan ke arahnya bersama dengan Bunga. Laki-laki itu berlari ke arah Salva. "Va, Galvin... keliatannya dia mau pergi hari ini. Dia pernah bilang kalau dia mau pergi jauh. Ayo kamu harus ketemu sama dia." Viyan mencengkram pergelangan tangan Salva. Namun gadis itu mengelaknya, Salva melepaskan tangannya dengan cepat. 

"Biarin aja! Kalau dia mau pergi, ya biarin aja itu bukan urusan aku. Ayo pulang," kata Salva terlihat acuh.

Viyan merasakan kemarahan pada Salva. Ia berkacak pinggang sambil menghela napas. Laki-laki itu tahu kalau Salva kecewa pada sikap Galvin tapi biar bagaimanapun Salva harus bertemu dengannya. 

*****

Arif, ayah Galvin datang ia melangkah perlahan seolah tidak ingin ada yang melihatnya. Ia berjalan menuju pintu berdiri di sana dan memperhatikan kedua orang yang sangat di kenalnya. Galvin dan Nirma yang sedang duduk di ruang tamu sambil memasukankan baju kedalam tas terkejut dengan kahadiran orang itu.

"Kalian gak boleh pergi!" Ucap Arif tatapannya kejam ia lalu masuk dan mengunci pintu. Seketika itu juga aura di dalam rumah terasa sangat berbeda. Nirma memegang tangan anaknya dan Galvin ia menatap mata ayahnya sambil menelan ludah.

*****

Viyan menghentikan motornya tepat di depan rumah Salva. Ia membiarkan gadis itu turun. Viyan menatap wajah pacarnya, seperti ada yang menggangu pikirannya, apa mungkin karena Galvin. Viyan tersenyum setidaknya kini ia tahu kalau Salva tidak benar-benar acuh dan marah pada Galvin.

"Yakin kamu gak mau ketemu sama dia. Mungkin aja kalian gak akan bisa ketemu lagi. Yakin kamu gak akan nyesel. Galvin pergi hari ini dan kita gak tau di pergi kemana? Jadi, kesempatan kamu cuma hari ini."

Salva menelan ludahnya, ia menatap ke arah pepohonan yang tumbuh di ujung sana sambil menghela napasnya. "Aku capek, aku masuk dulu ya," katanya lalu masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Begitu menutup pintu hal pertama yang ia lihat di balik pintu adalah sebuah bingkai foto yang menggantung. Pada foto itu terdapat ia, Galvin, Sausan, Rayhan dan Masta yang sedang berfoto di air terjun.

Mata gadis itu bergerak tak beraturan ia mengenang momen ketika foto itu di ambil. Ada perasaan sesak yang kini di rasakan olehnya. "Galvin," ucapnya lalu membuka pintu dan berlari menuju luar rumahnya. Ia melewati pagar baru beberapa langkah ia langsung berhenti karena melihat Viyan dengan sepeda motornya masih berada di sana.

Viyan tersenyum gembira dugaanya tepat kalau Salva pasti akan keluar. "Akhirnya kamu keluar juga, ayo naik."

Tanpa basa-basi Salva langsung naik ke atas motor. Viyan lalu menjalankan motornya menuju rumah Galvin. Di belakang Salva berdoa dalam hatinya semoga ia tidak terlambat, semoga Galvin masih berada di rumahnya. Ia terus meremas-remas tangannya Salva takut jika ia terlambat. Hatinya tidak tenang sangat tidak tenang baru kali ini ia merasa sekhawatir itu.

Viyan memberhentikan motornya di halaman rumah Galvin. Baru datang kedua orang itu sudah mendengar teriakan-teriakan di dalam rumah Galvin. Salva tahu betul situasi apa itu.

"Itu pasti bapaknya Galvin." Salva menatap Viyan dengan khawatir. Ia lalu berlari menuju teras dan berusaha membuka pintu namun sayang pintu itu terkunci.

Lihat selengkapnya