“Tante, aku boleh nitip surat ini? Hera masih marah kepadaku, pesanku tidak pernah ia balas”.
“Tante tidak akan bertanya kenapa kalian bertengkar, tapi ini hal biasalah Jom, kamu tau Hera seperti apa kan?”.
“Iya Tante.
Sepulang sekolah hari ini aku sempatkan singgah ke rumah Hera, sudah 3 hari ini aku tidak bertemu dengannya dan aku merasa kesepian. Aku titip sepucuk surat yang kusempatkan tulis tadi di sekolah ke mamanya. Ayolah Hera, setidaknya kamu baca dulu, aku bergumam dalam hati. Sepucuk surat yang kutulis tanpa jeda, tanpa pengulangan, tanpa pemikiran yang disengaja, mengalir begitu saja.
Dear Hera,
Aku tau kamu marah tapi bukan berarti aku tidak khawatir, sudah 3 hari kamu tidak masuk sekolah, jangan menyiksaku Hera, izinkan aku menemuimu. Aku berjanji tidak akan membahas tentang surat itu lagi, aku juga tidak akan membicarakan apapun yang tidak kamu sukai.
O iya, hari ini di sekolah ada ulangan Fisika lagi, arus listrik. Kamu tau aku dapat nilai berapa? 100 Hera! Semua jawabanku benar namun seisi kelas tidak percaya, aku dituduh mencontek, padahal aku belajar semalaman. Tenang, aku tidak peduli dengan sangkaan mereka, aku hanya ingin membuatmu bahagia, kamu senang kan mendengarnya?